Langsung ke konten utama

Jurnal 1.3: Ilmu Pendukung Keterampilan (Telur Orange)

Jurnal 3: Ilmu yang Diperlukan untuk Mendukung Keterampilan (Telur Orange)

Di jurnal pertama (telur hijau), kita sudah menelusuri apa saja aktivitas yang membuat kita bahagia, dengan melihat sisi yang paling kita suka dan bisa. 

Jurnal kedua (telur merah) berisi keterampilan apa saja yang bisa mendukung aktivitas pertama. Jika semua sudah oke, tinggal mencari keterampilan pendukung aktivitas di telur hijau. Namun jika masih ada pengganggu, telur merah berisi keterampilan untuk mengatasi "tantangan" agar aktivitas telur hijau tetap berjalan.

Selanjutnya memasuki jurnal ketiga (telur orange), yaitu ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk mendukung keterampilan di telur merah.

Jika sebelumnya memilah aktivitas yang membahagiakan dan tidak. Berikutnya memilah mana yang membuat bahagia Vs bahagia banget. Ternyata dari semua daftar panjang tersebut tidak semua harus dilakukan, dibutuhkan skala prioritas agar ibu tidak oleng.

Dongeng Ibu Septi Peni di pekan ketiga memberi contoh tentang aktivitas paling membahagiakan: mendidik anak. Dibutuhkan keterampilan menggendong, menyusui, bermain, dsb. Dibuatlah daftar ilmu yang perlu dikuasai, dari a sampai tak terhingga. Berikutnya memahami cara belajar yang paling "gue banget", apakah dengan bertemu dengan guru secara langsung, lewat online, membaca buku, online dengan melihat pemateri, diskusi, dengan gerak, diam tenang, dsb.

Ibu menceritakan proses beliau mencari ilmu dengan menyimak kuliah di luat kelas fakultas Psikologi UI, mengikuti kuliah umum, menemui pemateri yang sesuai dengan keilmuan yang dibutuhkan seperti ulat yang selalu kelaparan mencari makanan. Di sini kita belajar pentingnya adab sebelum ilmu sebagai entry point memperkenalkan diri, meminta izin, cara bicara yang benar, hingga kemudian diterima sebagai murid. 

Belajar tentang Merdeka Belajar. 

Dengan cara ini belajar menemukan diri, karena sejatinya pendidikan membuat diri kita merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai diri kita bukan orang lain. Bertemu dengan satu sumber ilmu berarti bertemu satu referensi. Belajar dengan mencari banyak referensi, diramu, kemudian diterapkan sesuai dengan keadaan keluarga masing-masing.

Merdeka belajar artinya:
1. Tumbuh dan berkembang sesuai jati diri
2. Perubahan
-Ingin berubah dimana?
-Apa ilmu yang diperlukan?
-Setelah dipelajari, dilakukan evaluasi  adakah perubahan yang dirasakan?
Contoh: Belajar tentang manajemen konflik , tujuannya agar lebih bahagia dengan tahu ilmu. Dilakukan praktek, kemudian dievaluasi adakah perubahan atau tidak. Perubahan-perubahan inilah proses merdeka belajar. Sebenarnya konsep kemerdekaan belajar ini telah dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam asas taman siswa.

Konsep Pembelajar Mandiri

Merdeka artinya independence (tidak bergantung), bukan freedom (bebas sebebas-bebasnya). Seorang pembelajar yang merdeka tidak akan bergantung pada orang lain, karena cinta belajar maka ia akan belajar sampai tuntas.

1. Komitmen pada Tujuan
Menetapkan tujuan dengan menjawab pertanyaan: melengapa perlu belajar ini?

2. Mandiri pada Cara
Tidak boleh bergantung pada guru. Mandiri dalam mencari cara belajar yang paling tepat. Ulat perlu makan makanan yang paling tepat untuk dirinya, bukan asal makan atau melahap semuanya. Gunakan mantra "menarik tapi tidak tertarik".

3. Refleksi Diri
Setelah mendapatkan ilmu, praktekkan, kemudian refleksi diri:
-Apa yang sudah bagus dari materi tadi?
-Apa yang bisa dilakukan (1 hal yang bisa dilakukan untuk berubah esok hari).
-Amalkan ilmu.
-Sudah efektif-kah? Lakukan perbaikan, adaptif dengan cara-cara baru yang lebih efektif.

Pembelajar mandiri tidak terbelenggu dengan satu guru, satu ilmu, atau satu cara.

Maka penting sekali, bagi pembelajar mandiri melakukan:
1. Menetapkan Tujuan Belajar
Bersifat sangat personal, sesuai kebutuhan masing-masing.

2. Menentukan Prioritas Cara dan Ritme Belajar
Amati dan pahami selama ini cara belajar yang paling efektif untuk diri sendiri.

3. Evaluasi Diri.

***
Menemukan Telur Orange

  1. Tujuan: Untuk apa lima keterampilan (telur merah) tersebut?
  • Berbahagia menjalankan peran baik sebagai individu, istri, ibu, dan anggota masyarakat.
  • Semua hak dan kewajiban dapat tertunaikan, baik untuk diri sendiri, anak, suami, maupun orang lain di luar keluarga.
  • Produktif dan bermanfaat, sekecil apapun potensi yang dimiliki.
  • Ridho Allah SWT.

  1. Menggali ilmu apa saja yang dibutuhkan dari setiap telur merah agar tujuan dapat tercapai:
  • Parenting: FBE dan turunannya, fitrah keimanan, belajar, bakat, perkembangan, seksualitas, jasmani, keindahan, individualitas & sosialitas. Saat ini memungkinkan belajar tentang fitrah bakat: Pandu 45
  • Manajemen Waktu: menyusun prioritas, kandang waktu, patuhi cut off time.
  • Manajemen Finansial: pencatatan keuangan keluarga, merencanakan keuangan keluarga
  • Home Team: membuat nama keluarga, motto keluarga, merencanakan mimpi dan tujuan, membuat project, family forum, manajemen team, apresiasi.
  • Doodle Art: doodle literasi

  1. Sumber ilmu yang dibutuhkan
  • Belajar langsung dengan guru lewat seminar, workshop
  • Buku FBE, 90 Days Mission Mom Possible, 
  • Kelas online
  • Teman belajar 
  1. Menemukan prioritas, cara, dan ritme belajar untuk 5 bulan ke depan.
  • Seminar, workshop
  • Membaca buku
  • Kuliah online
  • Diskusi
  • Membuat catatan dan resume
  • Praktek langsung

Kemudian dipilih lima yang penting dan memungkinkan dipelajari dalam 5 bulan ke depan.
*Fitrah bakat: Pandu 45
*Membuat kandang waktu rutinitas, disesuaikan dengan kondisi saat ini. 
*Membuat perencanaan keuangan
*Family project
*Doodle Literasi



Diawinasis M. Sesanti
(3119331323)
IP Malang Raya

#janganlupabahagia
#jurnalminggu3
#materi3
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oncek Tela; Tradisi Mengupas Singkong Bersama

 Sekitar tahun 2000-an, ada kegiatan membuka lahan baru di bukit seberang. Deru mesin pemotong kayu bersahutan. Pohon-pohon besar dicabut hingga ke akarnya. Entah kemana perginya hewan-hewan penghuni hutan. Berpindah tempat tinggal atau justru tersaji ke meja makan.  Aroma dedaunan serta kayu basah menyebar. Tak hanya lewat buku pelajaran IPA, aku bisa melihat langsung lingkaran tahun belasan hingga puluhan lapis. Pohon-pohon itu akhirnya menyerah dengan tangan manusia. Tunggu dulu... Mengapa orang-orang justru bersuka cita? Bukankah menggunduli hutan bisa berisiko untuk tanah di perbukitan seperti ini? Waktu berselang, pertama kalinya aku menapak ke bukit seberang. Setelah menyeberang dua tiga sungai, dilanjutkan jalan menanjak hingga ke atas. Terhampar tanah cokelat yang siap menumbuhkan tanaman baru. Aku melihat terasering di bukit seberang, rumahku tersembunyi di balik rimbun pohon kelapa. Di kiri kanan terhimpun potongan pohon singkong yang siap ditancapkan. Jenis singkon...

Jejak Bahagia RD 2023

 Bismillahirrahmanirrahim...  Sepertinya sudah terlalu lama saya tidak menulis di blog ini. Tiba-tiba 2023 sudah sampai di penghujung Desember, jadi kita akan langsung membuat selebrasi atas perjalanan setahun ini bersama Rinjing Destock.  Video Pecha Kucha & Ebook Story Of Success RD 2023 Video Portofolio RD 2023 di YouTube Rinjing Destock Garis besarnya sudah saya rangkum di Video Pecha Kucha: Portofolio RD 2023 yang bisa kalian simak di sini .  Selain video, kami juga membuat rangkuman perjalanan dalam bentuk e-book. Dari susunan tata letak /layout ebook ini saya belajar banyak menerapkan prinsip-prinsip desain. Bagaimana agar warnanya kontras, bagaimana agar informasi penting dapat diberi penekanan, bagaimana menerapkan keseimbangan, dst. Belum sempurna memang, tetapi sedikit banyak saya merasa ada progress dibandingkan dengan ebook sebelumnya yang pernah saya susun.  Saat menyusun ini, rasanya campuran antara bahagia, lega, bangga, lelah, heran juga RD ...

Jejak Ki Hadjar Dewantara di Hardiknas 2024

 Siapa nama pahlawan nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional? Pasti kalian sudah hafal di luar kepala. Beliau yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat hingga akhirnya berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara di usia 40 tahun. Anak ke-5 dari 9 bersaudara yang memiliki keteguhan dalam memperjuangkan idealisme sepanjang hidupnya.  Kisah beliau seolah tak asing, seperti menonton perjalanan seorang changemaker yang bermula dari tumbuh suburnya empati. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, Soewardi menangkap diskriminasi tentang hak pendidikan yang hanya dinikmati oleh keluarga priyayi dan Belanda. Sementara rakyat pribumi yang merupakan teman-teman bermainnya di masa kecil tak bisa mengakses fasilitas sekolah yang dibuat Belanda di zaman itu. Soewardi muda belajar di Yogyakarta, hingga berlanjut di STOVIA meskipun tidak sampai lulus. Tentu saja ini berkaitan dengan perjuangannya sebagai "seksi media" di Budi Utomo, menyebarkan tulisan yang ber...