Langsung ke konten utama

Alir Rasa Tahap Telur-Telur: Aku Berubah!

Belajar di Institut Ibu Profesional itu memang butuh niat dan effort lebih. Dulu di tahap Matrikulasi diuji komitmen. Masuk kelas Bunda Sayang diuji konsisten. Dan kali ini kami sudah masuk tahap pertama, berproses di kelas Bunda Cekatan. Ujian ketangguhan, apakah siap bertahan sampai akhir?

Belajar di kelas BunCek itu susah ditolak karena ada dongeng, main, dan kejutan di setiap pekannya. Di tahap telur ada dongeng setiap hari Rabu, kemarin ada cerita Ibu Septi, Mas Pandu, dan Pak Dodik. Terima kasih para gurunda, sudah berkenan berbagi ilmu. Ada yang langsung nemu "A-Haaaa", tapi tak jarang saya harus memutar ulang video dongeng agar nyambung dengan apa yang dimaksud. Ada sesi diskusi jika ada yang belum dipahami. Terimakasih teman-teman sekelas yang banyak memberi insight saat mulai belibet dengan materi dan tugas.

Main-nya apa aja sih? Dimulai dengan menemukan telur hijau, mencari aktivitas yang membuatku berbinar bahagia. Hal remeh menurut orang lain bisa jadi itu istimewa bagi kita. Lalu menemukan keterampilan pendukung di telur merah, dilanjutkan menyusun ilmu pendukungnya di telur orange.Baru saja pekan lalu kami membuat peta belajar agar tidak tersesat saat akan memulai perjalanan mencari daun-daun bergizi berisi ilmu pengetahuan yang siap untuk disantap. 

Ada telur yang langsung setor, ada juga yang membuat saya mikir berulang sampai bingung. Godaan ngintip tugas teman-teman, kadang bikin paham tapi ada juga yang bikin baper. "Punya bunda itu keren banget, ya???". Dan Yang paling berkesan bagi saya saat membuat peta belajar. Tidak sedang bepergian, bisa lebih fokus mengerjakan. Jurus corat-coret digunakan, mengisi tangki bahagia dengan salah satu aktivitas di telur hijau. Apresiasi luar biasa menurut saya, saat coretan saya ikut meramaikan parade mind-map di timeline FB group BunCek. 



Kini aku mulai meninggalkan wujud telur dan bersiap menjadi ulat. Ada apa di luar sana??? Yuk kita mulai berpetualang di jungle of knowledge!!!

Diawinasis M. Sesanti
(3119331323)
IP Malang Raya

#bundacekatan
#kelastelurtelur
#institutibuprofesional
#aliranrasatahaptelurtelur

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang