Langsung ke konten utama

Camilan Rabu 10.2

πŸ‘πŸ’πŸ“πŸŽπŸ…πŸ‡πŸˆπŸ‰πŸ‹πŸŒπŸ

*Cemilan Rabu #10.2*

πŸ“ *Cara Membuat Dongeng Yang Baik* πŸ“

Kunci mendongeng yang baik adalah dengan memperhatikan pendengarnya. Dengan memperhatikan siapa pendengar dongeng kita, maka kita dapat menemukan empat unsur penting yang menjadi kunci ketertarikan pendengar (anak-anak) pada suatu dongeng. Yaitu:
β€’tema,
β€’tokoh,
β€’alur cerita,
β€’latar cerita.

Hal ini harus diperhatikan oleh seorang pendongeng atau orang tua agar dapat membuat dongeng yang menarik sehingga tujuan dari mendongeng benar-benar tersampaikan kepada anak. Sebab, di dalam proses mendongeng, terkandung banyak pelajaran (moral), nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada anak.

Satu unsur dapat lebih menonjol di antara unsur lainnya, karena bisa jadi sebuah dongeng dikatakan menarik karena alur dan penokohan saja yang menonjol. Tentu lebih baik apabila keempat unsurnya diperhatikan optimal. Berikut uraian keempat unsurnya :

*1. Tema* 🎨

Tentukanlah tema dongeng yang akan dibuat. Pengarang menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau pesan yang ingin disampaikan, ini biasa disebut amanat. Jika tema merupakan persoalan yang diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan pesan-pesan. 

Tema cerita merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya, sekaligus sebagai pusat cerita.

*2. Tokoh* πŸ‘₯

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita. Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada lebih dari satu. Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek, atau tokoh imajinatif.

Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakter yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus dijauhi sikap dan perbuatannya). 

Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh pengarang untuk menghidupkan dongeng. 

*3. Alur* 🎞

Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. 
Alur dibagi menjadi dua macam,
πŸ”ΈAlur lurus
πŸ”ΈAlur sorot balik.

Alur lurus adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian.
Alur sorot balik adalah urutan peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya. Alur dapat melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan tidak membosankan. 

Selanjutnya alur ditutup dengan _ending_, yaitu _happy ending_ (bahagia) atau _sad ending_ (sedih). Untuk _ending_ terserah kepada pendongeng apakah akan membuatnya menjadi akhir yang bahagia atau akhir yang menyedihkan. 

*4. Latar / _Setting_* πŸ›

Latar adalah segala keterangan, petunjuk yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Dengan demikian sebuah latar cerita akan memberi warna cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan batin para tokoh. 
Istilah latar biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita.

Hal tersebut sebagian benar, tetapi latar sering berarti lebih dari itu. Di samping tempat dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu cerita, latar meliputi juga cara tokoh-tokoh  dalam cerita itu hidup dan aspek kultural lingkungannya.

Berikut penjelasan tentang latar atau _setting_: 
1. Latar sosial (mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebisaaan, cara hidup, maupun bahasa yang melatari peristiwa)
2. Latar fisik atau material (mencakup tempat, seperti bangunan atau daerah). Latar akan memberikan warna cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan

*5. Bahasa* πŸ”‘

Pastikan kalimat yang dibuat mudah dimengerti oleh pendengar. Hindari diksi maupun susunan kalimat yang bisa mengundang multitafsir. Pendengar seperti anak-anak lebih menyukai kalimat yang lugas dan tidak menggurui.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

πŸ–₯ Sumber Inspirasi:

http://jalurilmu.blogspot.co.id/2011/12/cara-memilih-dongeng-sesuai-usia-anak.html

http://shantystory.com/2016/09/15/ilmu-mendongeng-asyik-bersama-nia-kurniawati/

https://www.kompasiana.com/bennybhai/cara-mudah-menulis-dongeng-untuk-anak

πŸ‡πŸˆπŸ‰πŸŠπŸ‹πŸŒπŸ…πŸŽπŸπŸπŸ‘πŸ’

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : reΒ·zeΒ·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...