Langsung ke konten utama

Apa Uniknya Anakku?

Setiap anak hadir ke dunia dengan keunikan dirinya. Very special, limited edition. Namun tak jarang kita tergoda untuk membandingkan anak kita dengan anak tetangga, atau bahkan kakak-adiknya sendiri. Padahal kita sendiri tentu tidak suka ketika kita harus seperti si A-B-C yang ukuran sepatunya belum tentu sama.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk tetap on track, menemukan unik diri anak kita?

Ada satu buku yang menarik, berisi cara untuk memahami unik diri setiap anak memakai teknik EOWLW. Wah... Apa itu?


Coretan Penaku Sebuah Warisan Untukmu
Menurut buku ini, terdapat beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk memahami keunikan anak:

Engage (Mesa Dewi)
Membersamai anak, hadir tidak hanya secara fisik maupun psikis.
Kuantitas dan kualitas, dalam engage keduanya sama-sama penting. Mulailah dengan durasi singkat kemudian dapat ditingkatkan. Tidak hanya orang tua yang nembersamai, bisa juga anak yang membersamai orangtuanya. Engage akan efektif jika kita paham mana yang merupakan bahasa cinta setiap anak kita. Apakah anak kita suka sentuhan fisik, kata-kata mendukung, waktu bersama, hadiah, atau pelayanan?

Observe (Farda Semanggi)
Mengamati apa yang dilakukan oleh anak.
Kemampuan mengobservasi ini perlu dilatih untuk membangun "child sense" atau kepekaan hati tentang bagaimana anak (secara individu maupun kelompok) merasakan sesuatu dan bereaksi terhadap lingkungan. Kita bisa melakukan observasi dengan media fisik (panca indera), mata hati, serta bantuan alat pencatatan (buku, tape recorder, gadget, kamera, dst).

Watch-Listen (Wiwik Wulansari)
Belajar untuk melihat serta menjadi pendengar yang baik untuk anak.
Mendengar adalah bagian penting dari komunikasi. Kita biasanya hanya 'mendengar' hal yang kita anggap penting. Anak berharap orangtuanya mendengarkan mereka seperti halnya orangtua ingin didengar. Mendengar menjadi sangat penting bagi perkembangan emosional anak sekaligus membangun bonding yang kuat antara orangtua-anak.
Maka pastikan kita memperhatikan dengan seksama (bahasa verbal&non verbal) saat anak berbicara. Jangan terburu-buru membuat asumsi dan kesimpulan sebelum anak selesai mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

Write (Andita A. Aryoko)
Menulis setiap hal baik yang telah dilakukan oleh anak. Lakukan dengan konsisten dan komitmen.
Tulis setiap hal baik yang dilakukan anak agar tidak hilang begitu saja. Gunakan media manual maupun digital yang paling sesuai. Samakan frekuensi antara pasangan, maupun orang ketiga yang terlibat membersamai anak. Rangkaian EOWLW ini dapat dilakukan sejak masa konsepsi dan berlanjut hingga anak menemukan peran atau menulis sendiri tentang dirinya

E-O-WL-W (Septi Peni W.)
Rangkaian di atas adalah tahapan dalan design thinking di tahap emphatize. Adapun lengkapnya tahap design thinking adalah sbb:
-Understand (Emphatize & Devine): perlu berempati dan mendefinisikan apa dan siapa anak-anak kita.
-Create: mencurahkan ide dan gagasan untuk membuat karya
-Deliver: hasil ide dan gagasan menjadi sebuah karya

Selain berisi teknik di atas, juga terdapat pengalaman para ibu dalam menemukan unik diri anak-anaknya yang bisa dijadikan bahan renungan.


Terdapat beberapa tips untuk dapat berkomitmen dan konsisten dalam mengikat makna:

1. Hadir sepenuh hati saat membersamai anak.

2. Temukan dan terima setiap sisi unik anak. (Observe-Accept)

3. Gunakan bahasa bakat yang disepakati dan digunakan oleh anggota keluarga.

4. Gunakan buku bantu (buku catatan, notes di HP, dsb).

5. Saat memiliki waktu, segera ikat sisi unik anak lewat tulisan.

6. Gunakan media pengikat makna yang paling nyaman. Ada yang memilih blog, FB, buku tulis, aplikasi portofolio, dsb.

Sudah menemukan unikmu?
Siap menerima setiap sisi unik anakmu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...