Langsung ke konten utama

Jurnal 2.3 - Kumpul Keluarga

Selalu ada yang baru di kelas Bunda Cekatan! Buktinya pekan ini, kami punya cara belajar yang lain dari yang lain. Setelah menyimak materi beuraattt yang bergizi tinggi dengan Mak Ika (Bunda Ika Pratidina) soal portofolio. Ulat-ulat yang lapar disibukkan dengan "Family Gathering" di kebun apel. Terus keluargaku siapa, ya?

Tiba-tiba ulat-ulat menyanyikan lagu si lebah madu, "Hatchi anak yang sebatang kara, pergi mencari ibunya…mama…mama...di mana kau berada?" #OstHoneyBeeHutchi
(yang baca juga sambil nyanyi?)

Ini pekan yang super ramai, bukan bahas makanan tetapi bahas keluarga yang akan disinggahi. Keluarga ini dibuat berdasarkan menu utama yang dipilih di peta belajar. Lalu bagaimana cara menemukan menu yang sama di tengah jumlah mahasiswi buncek yang jumlahnya ribuan??? Di sinilah seni mencari teman…

"Sekarang ganti baju, agar menarik hati...ayo kita mencari teman…" #OstChibiMarukoChan

Dimulai dari banjir komentar di thread diskusi, "Saya belajar topik ini, ayo yang topiknya sama gabung yuk!" Efektif? Bagi satu dua orang mungkin iya, tapi tidak dengan ribuan orang.

Ada juga japri-japri yang langsung 'melamar' menjadi keluarga, biasanya teman yang sudah kenal dan tahu peta belajar kita dari awal. Lumayan bisa dijadikan obrolan awal.

Sampai Kahima regional turun tangan, meredam para #activator yang tak sabar segera berlari. Dimulai dengan membuat daftar topik agar para mahasiswi bisa menuliskan nama sesuai keluarganya. Selanjutnya daftar ini diserahkan ke Kahima pusat sebagai bahan membuat daftar nama keluarga dan kepala suku. 

Akhirnya saya pun memilih masuk ke Keluarga nomor 36 (Talents Mapping) dengan Kepala Keluarga: Bunda Rima Melanie. Padahal sebelumnya di regional saya memilih parenting, namun akhirnya saya memilih fokus karena topik TM ini lebih spesifik dan dekat dengan Pandu 45 yang menjadi menu utama saya.


Tidak seperti keluarga lain, grup ini cenderung lebih sedikit peminatnya. Tapi… kuantitas boleh sedikit, kualitas juara. Saya bahagia dong, ulat newbie bisa belajar dari para mastah plus lebih fokus tanpa serbuan chat kaya keluarga sebelah.

Anggota keluarga Te-eM beragam, dari yang pemula sampai yang sudah malang melintang di dunia Talents Mapping. Spesialisasi-nya pun beragam, jadi dibuat kesimpulan bahwa ada tiga jenis ulat yang termasuk keluarga Te-eM:
*Ulat yang ingin belajar Talents Mapping basic
*Ulat yang ingin belajar Talents Mapping untuk parenting dan Pandu 45
*Ulat praktisi Talents Mapping

Jadwal belajar bebas disesuaikan masing-masing anggota keluarga. Pokoknya sesi sharing isinya daging semua, membeli jam terbang cuma-cuma lewat perjalanan belajar Talents Mapping. 

*Perkenalan setiap anggota keluarga, disertai latar belakang pengetahuan tentang Talents Mapping.
*Menyamakan frekuensi dengan belajar apa itu Talents Mapping
*Proses menemukan misi hidup lewat Talents Mapping
*Proses menggunakan Pandu 45 bagi anak, pin, kartu, kartu kaya wawasan
*Ragam aktivitas dan bonus printable yang bisa digunakan
*Proses memahami bakat bagi anak pada fase Kaya Aktivitas dan Kaya Gagasan lewat backpacker, magang, project, dsb.
*Sharing orang tua dengan anak HS dalam memahami bakat anak. 
*Sharing Orang tua yang anaknya belajar di ABHome. (Ngomong-ngomong pasti banyak yang mupeng belajar dengan bu Diena Syarifa setelah putra putrinya dengan bakat yang berbeda-beda tetap terfasilitasi)
*Membaca hasil ST30 dari temubakat.com




Ada lagi yang seru, proses menentukan performer yang akan tampil live di FB Group Bunda Cekatan mewakili keluarga. Alhamdulillah secara mufakat ada Bunda Ningrum yang bersedia. Wah, rasanya semangat dan deg-degan nya nular ke semua anggota keluarga. Alhamdulillah sharing di FBG Bunda Cekatan berjalan dengan lancar.

Keluarga TM Go Live di Kelas Bunda Cekatan

Belajar bareng ternyata seru banget! Family Gathering di kebun apel bikin kenyang. Ngumpul bareng berbagi potluck bergizi membuat semakin bahagia!

Diawinasis Mawi Sesanti
3119331323
IP Malang Raya

#janganlupabahagia
#jurnalminggu3
#materi3
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...