Langsung ke konten utama

Jurnal 4.3: Goals & Plans

Bismillahirrahmanirrahiim,

Memasuki pekan ketiga belajar di tahap kupu-kupu kelas bunda cekatan IIP, jujur saya merasa masih terbawa suasana liburan. Alhamdulillah, menyimak live materi dari ibu Septi Peni (03/06) memudahkan untuk membali switch ke mode on fire. Satu lagi, bertemu teman belajar (baik mentor maupun mentee) juga memantik diri untuk semangat belajar.

Materi & Diskusi Pekan III
(03-04 Juni 2020)
Bersama Ibu Septi, kami diminta untuk merumuskan prioritas apa yang ingin kami pelajari. Mana yang ada di posisi teratas? Apakah sesuai mindmap?
Ilmu prioritas inilah yang akan menjadi modal membuat goals mentorship di tahap ini.
"Tujuan tanpa rencana hanya akan menjadi harapan tanpa kenyataan."
Selanjutnya menentukan rencana (plans) untuk mencapai goal tersebut. Tujuan 1-2 bulan (program mentoship), 1-2 tahun ke depan, hingga titik finish yang kita akan capai. Hasil akhir bisa jadi tak sesuai ekspektasi, di tengah jalan bisa jadi berubah haluan, tapi insight belajar akan selalu hadir. Buat rencana, lepaskan sejenak untuk me jalankannya, jangan terlalu fokus pada rencana saja tanpa aksi.

Wah, ujian komitmen dan konsisten ini memang harus ditakhlukkan untuk bisa terus grow up! Ibu mencontohkan cukup dengan 15 menit/hari untuk menjadi ahli di bidang tertentu.
"Jangan berlari di lintasan orang lain, kita bisa kelelahan."
Wah, related sekali dengan kondisi saya saat ini. Ada kebutuhan darurat seputar ilmu manajemen finansial karena pengaruh krisis covid-19, mau tidak mau saya butuh ilmu ini agar "biyung bingah" bisa tercapai sesuai mindmap.

As Mentee

(Financial Talk, Mentor: Gitaria Eka)
Kami sepakat melakukan mentoring di hari Jumat (05/06) jam 10.30-11.30. Senang sekali bisa sharing insight setelah 1 bulan mencoba konsisten mencatat cashflow.



Kondisi keuanganku:
Pemasukan berkurang
Pengeluaran juga berkurang
Masih aman karena masih seimbang. Saat ini berusaha melakukan penghematan.

Kak Mentor memberi opsi yang bisa dilakukan:

1. Menambah kran pemasukan.

Tulisan di blog Kak Gita berikut ini bisa menjadi bahan bacaan menemukan peluang di masa krisis.

Saya memilih mengoptimalkan #Dimase-Art sesuai bidang yang saya suka selain itu juga terdapat produk karena tergabung team di GASS. Sebenarnya kemarin ada request kursus online tetapi mungkin bisa direalisasikan setelah program mentorship selesai. Ini salah satu benang merah dengan topik lain di map, bahwa manajemen finansial membantu saya untuk bisa menjalankan tugas lebih baik dari tahap T30.

2. Melakukan penghematan.

Lakukan dari hal rutin yg dekat dgn kita sehari-hari
Managemen dapur 
a. Mix and match menu murah meriah tapi tetap sehat
b. Bisa mulai berkebun untuk ketahanan pangan

Wah, saya setuju sekali dengan teknik hemat satu ini. Hampir 3 bulan #dirumahaja membuat saya lebih akrab dengan dapur. Masakan simple bahkan lebih banyak ujicoba-nya. Manajemen kulkas saya memilih 2-3 harian saja karena di rumah adanya kulkas satu pintu. Meskipun masih 1-2 kali jajan di luar, tetapi hampir 90% kami makan makanan homemade yang bisa menekan pengeluaran. Untuk berkebun, saya hanya bisa melakukan di pot kecil (bumbu dapur) karena memang tidak ada lahan.

Management rumah tangga
a. Lakukan subtitusi, pilih barang dengan harga lebih murah dengan fungsi yg sama
b. Penghematan air, listrik, dll
Cth: kurangi setrika, baju langsung dilipat, beli detergen sekaligus pewangi, gak usah dipisah. Kurangi pemakaian listrik saat peak hour antara jam 18 - 22

Substitusi barang ini saya lebih memilih barang dengan kualitas bagus agar tidak bolak-balik membeli, murah boleh jika kualitasnya bagus.
Ada hikmah juga di balik krisis, jam kerja ayah berkurang jadi saya bisa melakukan tugas yang awalnya didelegasikan apalagi anak-anak sudah bisa diajak kerjasama: aktivitas laundry bisa di-handle dengan teknik rutin per hari (latihan tahap puasa kepompong).
Alhamdulillah untuk air-listrik-sewa kami mendapat keringanan 2 bulan ini. Begitu pula SPP kakak dipotong uang makan dan ekskul.

Karena ritme keuangan saya sedang berubah drastis di bulan ini, mentor menyarankan untuk fokus menemukan ritme selama 3 bulan ini dulu sebelum masuk ke evaluasi (penghematan dst). Alhamdulillah, bisa sedikit revisi plans di lembar 3 dengan saran dari mentor.

Fokus di mindmap aja dulu

Semoga Allah mudahkan prosesnya

Semangat!


As Mentor
(Belajar Bareng Doodle Art, Mentee: Kak Satya, Kak Rahma, Kak Ayu).

Di sini saya lebih suka menjadi teman ngobrol. Ada WAG untuk saling menyemangati tetapi saya lebih fokus ngobrol lewat japri tiap mentee.

Kak Satya:
*Menyampaikan kebingungan tentang tugas pekan ini, lebih suka langsung eksekusi tanpa perencanaan detail.
*Setelah ngobrol lagi, alhamdulillah sepertinya mentee sudah mulai bisa membuat rencana yang lebih detail seputar konsistensi membuat doodle art.
*Tetapi saat ngobrol di hari berikutnya, mentee mengajukan goals & plans yang berbeda dengan sebelumnya. Saya yang belum begitu menguasai teknik coloring & desain digital lebih menyarankan beliau mencari mentor yang lebih expert agar tidak salah arah di program mentorship kali ini.
*Akhirnya kami bersepakat untuk "end mentorship", semoga beliau mendapatkan mentor yang sesuai dan dimudahkan proses belajarnya.


Kak Rahma:
*Sudah melanjutkan belajar dengan mencoba membuat doodle huruf memakai kertas hitam+gel pen.
*Belum merumuskan goals & plans secara detail karena masih terbentur kesibukan. Semoga mentee bisa segera meyelesaikan tugas pekan ini.


Kak Ayu:
Awalnya sempat down, tetapi setelah menyimak materi kembali semangat bahkan yang paling pertama membuat goals+plan. Kak Ayu sempat meminta saran, kami diskusi tentang rencana one day one doodle & lettering untuk materi belajar beliau.


Apakah terlalu tinggi ekspektasi? / Mari kita coba dulu. Nanti bisa sesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Kita juga bersepakat belajar bareng 12 perangkat doodle dari The doodle Revolution, wah ga sabar pengen doodling!
12 Perangkat Doodle


(Jurnal akan di-revisi sesuai perkembangan belajar)

Diawinasis M Sesanti
Mlg, Juni 2020
Mahasiswi Bunda Cekatan batch #1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Alir Rasa Kelas Bunda Cekatan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Ta'ala yang telah memberikan kelapangan hingga mampu menyelesaikan kelas Bunda Cekatan batch #1 Institut Ibu Profesional.  Challenge Buncek: Done! Terimakasih untuk Ibu Septi Peni Wulandani yang telah menjadi guru bagi kami, setia membawa dongeng istimewa di setiap pekannya. Terimakasih untuk team belakang layar Buncek #1 (Mak Ika dkk), teman-teman satu angkatan, dan tentu all team Griya Wistara yang mendukung saya belajar sampai di tahap ini. Apa yang membuat bahagia selama berada di kelas Bunda Cekatan? Kelas Bunda Cekatan menyimpan banyak sekali stok bahagia yang bisa diambil oleh siapa saja dengan cara yang tak pernah sama. Rasanya tak ada habisnya jika harus disebutkan satu per satu. Potongan gambar berikut cukup mewakili proses yang telah saya lalui. Tahap Telur-Telur Saya jadi tahu apa yang membuat saya bahagia. Apa yang penting dan urgent untuk segera dipelajari. Dan saya diijinkan untuk membuat pe...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...