Langsung ke konten utama

Tugas Review Jurnal #7 (Rizkina Ika A.)

 Bismillahirrahmanirrahim, 

Setelah bertapa panjang membahas jurnal #7 bersama tim, sekarang bertemu buddy untuk mereview jurnalnya. Kali ini berkenalan dengan buddy: mbak Rizkina Ika A. dari tim Temani. Selengkapnya jurnal beliau bisa disimak di sini

Buddy Review Jurnal #7

1. Lihatlah alasan kuat analisa dampak, apakah yang dituliskan sudah cukup untuk menggerakkan aksi ini menjadi bagian dari solusi? Mengapa? 

Dari tulisan buddy, saya menarik kesimpulan bahwa alasan tim Temani Indonesia melakukan analisa dampak adalah: 
- Mengetahui apa manfaat dan seberapa jangkauan dari aksi yang telah dilakukan. 
- Mengetahui masalah yang dialami orang lain lewat survey dan berusaha untuk merencanakan tindakan preventif. 

Saya rasa kedua hal ini sudah cukup untuk menggerakkan tim menjadi bagian dari solusi dalam bidang kesehatan mental. 
1. Review Alasan Analisa Dampak

2. Lihatlah theory of change! Apakah prosesnya runtut dan bisa diterima? Mengapa? 

Proses sudah runtut pada theory of change yang disusun oleh tim Temani Indonesia. Kita bisa lihat dari input berupa sumber daya yang dimiliki oleh tim. Activities berupa kegiatan apa saja yang telah dilakukan, ditulis juga rencana kegiatan berupa mini workshop yang akan digelar untuk eksternal tim. Output-Outcome-dan Impact juga runtut dari proses imput-activities yang telah dilakukan. Namun karena sebelumnya aksi untuk internal tim, maka outcome-impact akan lebih luas saat sudah dilakukan untuk eksternal tim. Seperti yang disebutkan dalam poin impact "masyarakat sadar kesehatan mental".

2. Review Tabel Theory of Change

3. Lihat The Logic Model, jika Anda crossceck menggunakan pola "Jika.... Maka... " Apakah bisa masuk terus bergerak ke arah impact tahapan logikanya? Mengapa? 

Seharusnya TLM menggunakan logika berikut: 

1. Jika tim temani Indonesia memiliki input berupa materi, jurnal, medsos, mentor, dst dan semua tersedia maka aktivitas jurnal 30 hari, sharing session, live IG dst dapat terlaksana dengan baik. 

2. Jika aktivitas internal & eksternal dari tim Temani Indonesia dapat terlaksana, maka para ibu peserta pelatihan dapat mengendalikan emosiemosi dengan baik. 

3. Jika para ibu dapat mengendalikan emosinya, maka mereka akan menjadi ibu bahagia & produktif. 

4. Jika para ibu dapat menjadi bahagia & produktif, maka tim Temani berkontribusi menjadikan masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan mental. 

Sedangkan di jurnal mbak Rizkina baru disebutkan yg bagian input saja, belum ke tahap berikutnya. Sehingga logika Jika... Dan  asumsi ... Maka... belum selesai sampai ke tahap impact. 
3. Review Tabel The Logic Model


4. Bandingkan antara tabel Risk Management dan tabel Stop, Continue, Start, apakah struktur berpikir dalam pengambilan keputusan sudah benar? Mengapa? 

Di beberapa poin, ada risiko yang memiliki probabilitas tinggi dan juga berisiko tinggi tetapi strategi di tabel Risk Management tidak masuk di tabel Stop, Continue, Start. Sehingga saat risiko tersebut terjadi, tidak ada "persiapan" yang dilakukan oleh tim. 

4. Review Tabel Risk Management & Tabel Stop, Continue, Start

5. Feedback

- Gambar di jurnal tidak berurutan membuat saya khawatir ada bagian yang terlewat dalam mereview. 
- Berdasarkan review tabel sebelumnya, akan lebih baik jika dilengkapi pada tabel The Logic Model (yaitu untuk poin activities, output, income, impact) yang sebelumnya baru ada poin input saja. 
- Melengkapi tabel Stop, Continue, Start dengan memasukkan strategi dari tabel Risk Management terutama untuk mengantisipasi risiko yang memiliki probabilitas dan efek tinggi pada aksi tim. 
- Disebutkan adanya 1 orang yang kurang aktif, dapat digunakan golden rules tim atau bisa juga memanfaatkan form lapor mantika. 

5. Feedback

Semoga Tim Temani Indonesia terus melaju dalam mengatasi tantangan seputar kesehatan mental/manajemen emosi. 


Malang, 06 Desember 2021
Diawinasis M. Sesanti
IP Malang Raya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang