Langsung ke konten utama

Pengendali Udara

"Tahu nggak... Ada boyband ABC lho! Aku paling suka yang pirang!"

"Aku yang rambut ikal?!"

"Aku yang paling tinggi. Kalau kamu?"


"Ehm... Eh... ," ini boyband yang mana ya? Ntar kudu numpang nonton MTV di rumah tetangga, nih! 


Itu cerita tokoh 'Aku' waktu masih ingusan. Paling hanya setahun sekali muncul kabar heboh yang jadi bahan pembicaraan. 'Viral' kalau pakai istilah zaman sekarang. Bedanya, sekarang viral itu bisa hitungan jam berkat adanya teknologi di genggaman. 


Masih suka galau kalau circle-mu ngomongin topik yang nggak dipahami? 

Takut ketinggalan gosip atau episode drakor terbaru? 

Langsung 'insecure' kalau teman belajar di kelas X-Y-Z? 


Memang ada baiknya selalu update hal baru, kita jadi selalu belajar dan mengembangkan diri. Tetapi jangan berlebihan dengan memaksa sepatu orang lain terpasang di kaki kita. Kalau ukurannya tidak pas, bisa membuat lecet saat berjalan atau justru terlepas saat dibawa lari. 


Ngomong-ngomong soal badai informasi. 2021 kemarin benar-benar tantangan yang luar biasa saat memilih peran sebagai Manajer Media Komunikasi di komunitas. Jadi tugas yang perlu dilakukan adalah menjaga pintu tempat keluar-masuknya informasi. Kadang berhembus pelan sehingga bisa dinikmati sepoi-sepoi. Tak jarang, badai bahkan puting beliung datang bertubi-tubi. 


Pengendali Udara


Mau tahu rasanya? Seperti berlatih menjadi avatar pengendali udara. 😎


Sekarang semakin santai saat ada ragam kelas seru tetapi belum menjadi kebutuhan belajar. Woles saat teman ada yang progres belajarnya kebut-kebutan, pastinya karena sudah paham rute pribadi. Ibarat tukang pos, cukup baca alamat dan sampaikan pada alamat penerima tanpa perlu membuka seluruh isi paketnya.


Jadi, kapan negara Api mau menyerang? 😆 

Atau ada yang tertarik menjadi pengendali angin juga? 


@30HariBercerita

#30HariBercerita

#30hbc2201 

#PengendaliUdara

#FoMO 

#DimaseNotes

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...