"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT."
Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa.
"Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?"
"Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?"
"Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu."
Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia.
Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun memakai meter atau turunannya. Sungguh lucu jika kita mengukur panjang memakai satuan kilogram.
Begitupun mengukur seseorang, tak adil jika dibandingkan dengan orang lain sementara kita tak pernah tahu variabel-variabel yang berbeda dari setiap individu. Cobalah menengok spion sejenak, membandingkan "aku kemarin" dengan "aku hari ini". Apakah hari ini lebih beruntung karena lebih baik dari kemarin, ataukah merugi karena sebaliknya?
"Innahu kaana tawwaba"
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat. Demikian kitab suci mengabarkan. Biarlah kesalahan di masa lalu kita basuh perlahan, dosa-dosa pengasuhan orangtua kita tak usah diwariskan. Ambil yang baik-baik, karena pasti ada hikmah yang mengantarkan kita pada hari ini.
Menghitung nikmat dariNya tak akan ada habisnya. Kita berhak untuk memilih bahagia, bukan karena apa kata mereka tapi karena ridho Rabb semesta. Bersyukur atas apa yang kita punya.
Melihat unik diri, menerima bahwa kita berbeda. Memberi ruang-ruang bahagia agar potensi tak berhenti jadi modal, tapi berubah menjadi karya yang banyak menebar manfaat. Menerima dengan sepenuh jiwa pengabulan doa-doa kita di tiap sholat.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.
Diawinasis M. Sesanti
Tgk, 28 Mei 2018
Menjadi reminder untuk saya agar tidak membanding-bandingkan kedua anak karena mereka hadir dengan keunikan masing-masing mengingat dulu semasa kecil saya termasuk anak yang seringkali mengalami pengasuhan dengan membanding-bandingkan seperti ini.
BalasHapusMenghitung nikmat dariNya yang tak akan ada habisnya... Terima kasih sudah diingatkan lg untuk selalu bersyukur.
BalasHapusMelihat unik diri untuk kemudian mengubahnya menjadi karya yang bermanfaat ini yang masih menjadi PR besar saya, Mbak. Terima kasih sudah mengingatkan melalui tulisan.
BalasHapus