Langsung ke konten utama

ALASAN

Sudah baca apa hari ini? Saya dong, baca cerita. Hahaha.. Jangan berharap banyak orang kaya saya baca buku level berat. Banyakan baca status di medsos iya. Alhamdulillah hari ini ada satu cerita menarik.

***

Suatu hari, di sebuah negeri.

Orang-orang mulai membenarkan sebuah kebiasaan yang sebenarnya dilarang.

Satu golongan terus melanggar aturan.
Satu golongan berpegang pada aturan.
Satu lagi berada di tengah, tidak melanggar namun juga tidak mencegah.

A: Buat apa sih, ngasih tau orang yang sudah jelas tidak bisa diingatkan?
B: Agar bisa menjadi alasan. Lepas tanggungjawab, nanti kalau ditanya pas "LPJ"-an

Waktu berlalu.
Semua mulai lupa.
Yang mengingatkan diselamatkan.
Yang tidak mengindahkan peringatan pun menanggung akibatnya.

#AshabushSabti #Aylah #AlAraf164-166
***

Kadang was-was juga kalau ada yang ngingetin, terus diri sendiri suka bawel dengan stok alasan-alasan yang dibuat-buat.

"Dek, itu ga boleh dilewati lho."
Tapi mas mbak itu lho, juga lewat.. semua orang di sini juga gitu.. ntar dikucilkan kalau beda. ..
Tapi..
Tapi..
Tapi..

Kemudian masih aja bablas, dengan alasan itu lho mubah. Eh, tau-tau udah kelewat batas. Ibarat mau makan, tersedia menu luar biasa lezat di atas meja. A, B, C, sampai Z sudah tinggal santap. Padahal dengan sepiring A sudah kenyang, tapi nafsu terus bisik-bisik untuk memenuhi rasa ingin tahu, mencicipi semua rasa. Kekenyangan, ga bisa ibadah bahkan gerak pun susah. Eh, ternyata lama-lama ada menu yang nggak halal ikut masuk juga. Duh.. Alamat sekian hari tertolak amal.

Bersyukur Dek! 

Masih ada yang ngingetin soal makan, soal tidur, soal nonton tipi dan iklan, soal jual beli dan cicilan, bahkan soal buang sampah pun ada yang mengingatkan. 

Ga lucu kan, baru nyadar berubah jadi kera saat sudah di atas kapal ngejar ikan. Diomelin itu panas, tapi dicuekin itu periihhh. Serius Dek, coba deh dicuekin temen? Ga enak kan. Apalagi dicuekin "yang ngasih napas" buat temenmu itu.

***

Moga diri ini masih bisa menerima nasihat.
Moga dimaafkan jika saya pernah keras kepala ketika diingatkan.
Moga masih ada kesempatan untuk taubat.
Moga yang mengenal saya tak putus asa mengajak pada kebaikan.

Dimase
Mlg, 12.12.18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang