Langsung ke konten utama

JURNAL BELAJAR LEVEL 9 : KREATIF DENGAN CORETAN

Sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia, berbinar saat melihat segala sesuatu yang indah dan bernilai seni. Sebagai seorang yang suka dengan desain, satu hal yang seringkali mengganggu saya adalah keterbatasan menguasai program digital.

Belajar dengan apa yang ada,
Tidak usah mengada-ada,
Apalagi menunggu semua ada.

Salah satu kutipan saat belajar Fitrah Based Education ini menjadi favorit saya. Tak hanya saat mendampingi ananda, tetapi juga bagi diri saya sendiri. Belajar dengan apa yang ada, memaksa diri sendiri mengoptimalkan sisi "kreatif".

Tak mau kalah dengan keterbatasan, saya pun tetap menuangkan ide meski tanpa media digital. Coret-coret di media kertas biasa. Dan ternyata si doodle hasil coretan ini bisa digunakan untuk belajar dan juga diaplikasikan di berbagai benda yang menambah nilai ekonomis tentunya.

Doodle Literasi

Sempat belajar dengan Teh Wilda di grup @emakdoodle, membuka mata saya bahwa doodle sangat membantu bagi si pembelajar visual. Coretan yang "tidak penting" bagi orang lain, bisa jadi sangat bermakna untuk bisa mengingat suatu materi atau info. Bisa juga disebut infodoodle, infografik yang dibuat dengan coretan tangan (bukan program grafis di komputer pada umumnya). Contohnya pada materi berikut:




Kolaborasi Bersama Ananda

Saat ananda mulai mencoret-coret di berbagai media, saatnya kreativitas bunda ditantang lebih jauh. Mencoret-coret atau doodling bersama menjadi salah satu altivitas seru. Dari media kertas, kardus, tanah, banner bekas, talenan, dan bahan lain di rumah. Alat yang digunakan pun bisa beragam, bisa memakai pensil, spidol, krayon, cat warna-warni sintetis maupun buatan sendiri. Jangan kaget jika nanti coretan ananda akan naik level meninggalkan karya Bundanya, ya?

Bisa juga dengan membuat gambar hitam putih di kertas untuk dijadikan lembar mewarnai bagi ananda. Tanpa perlu printer maupun program komputer, coretan bunda sudah pasti istimewa bagi ananda. Ananda bisa bebas memilih tema yang diinginkan, juga pilihan warna yang disukainya.

 Lembar Mewarnai




Menambah Nilai Benda

Sebenarnya ada banyak sekali benda yang bisa naik nilainya hanya dengan coretan tangan biasa. Bisa langsung melukis di atas talenan, kain, dan benda lainnya. Namun biasanya dibutuhkan alat bahan yang tak murah sesuai dengan media yang digunakan.

Tapi tenang, kita bisa menyiasati dengan membuat desain terlebih dulu. Membuat coretan di kertas seperti biasa, kemudian di-scan. File dari gambar buatan kita sudah siap dicetak ke berbagai benda yang kita inginkan. Saat ini ada banyak percetakan yang siap membantu Bunda. Bahkan bisa dipesan melalui jempol di tangan. Tinggal dipilih sesuai kebutuhan, apakah sesuai lokasi, jumlah pesanan, kualitas, dst.

Doodle Di Pelbagai Benda.




Ternyata tanpa program grafis yang rumit, kita pun bisa tetap kreatif membuat desain. Allah SWT telah menitipkan akal bagi manusia, salah satunya agar manusia lebih kreatif dalam memecahkan masalah dan tantangan yang dihadapinya.

Bunda Wistara
Mlg, Desember 2018

Komentar

  1. Mind mapping dipadu dengan doodle. Mantap bunda wistara...

    BalasHapus
  2. Pengen banget bisa nge doodle, tapi ga bakat. Tetapi anak pertama dan kedua bisa nge doodle. Kalau bagi bunda yg ga bakat, apa tipsnya mengasah kemampuan nge doodle anak2 bun? ☺

    BalasHapus
  3. Waaah selalu amaze dengan yang bisa menggambar dari tangan sendiri, secara saya ga bisa hehehe.. Doodling bisa untuk mengingat materi belajar dengan cara yang menyenangkan, berkreasi bersama anak, sampai menjadikan suatu barang lebih bernilai ya mbaa.. Keren banget! :)

    BalasHapus
  4. Selalu suka dengan doodlenya mbak Dia..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang