Seperti pagi sebelumnya. Waktu dhuha tiba berarti saatnya kakak berangkat ke sekolah. Bukan jarak yang jauh sebenarnya, tapi bukan juga jarak yang dekat jika ditempuh dengan berjalan kaki. Biasanya si ayah yang melajukan kendaraan roda dua berwarna merah itu. Tentu saja setelah memasang selapis baju tebal dan pelindung kepala warna biru. Tetapi hari ini ayah bertugas pagi, jadi bunda dan adik pun sudah harus bersiap ikut ke sekolah.
Sambil menunggu aplikasi ojek daring warna hijau, kami duduk di dekat jalan. Bunda sempat salah mengetik alamat penjemputan, pantas tak ada pengemudi yang menerima pesanan. Jarum jam bergeser lebih mundur dari biasanya. Alhamdulillah akhirnya pesanan disambut, artinya tinggal menunggu jemputan datang.
Bunda menyimpan gawai di kantong gendongan. Mengantar kakak sambil menggendong adik, rasanya romantis sekali. Entah hingga usia berapa nanti mereka masih setia menempel seperti ini. Semoga kelak mereka menjadi pribadi yang mandiri, namun tetap mengingat orangtuanya lewat doa-doa yang tak pernah putus.
Seseorang berjaket hijau berhenti di tepi jalan. Agak jauh, beliau menyapa pelan. Bunda melihat sekilas motor yang datang, sepertinya berbeda dengan tampilan informasi di layar. Sedikit mengabaikan, tak sempat untuk memeriksa ulang. "Nanti kesiangan", batinnya membenarkan. Diletakkan tas sekolah kakak di depan kemudi. Memakai helm lalu menempatkan kakak ke atas motor. Setelah semua siap, roda pun melaju.
31/07/10: (Part 2)
Rezeki memang tak kemana. Baru pesan tetapi jemputan sudah di hadapan. Jalanan mulai merayap, kendaraan beradu laju saling mendahului. Baru sampai pertigaan pertama, bunda pikir ada yang salah.
"Kok ke arah sini? Saya pesan ke sana", protes perempuan bergamis abu-abu itu.
Dan benar saja, ternyata yang mereka naiki bukan kendaraan yang benar. Meskipun sudah jalan hingga jarak sekian, mau tak mau mereka pun kembali ke titik awal penjemputan. Di sana sudah menanti abang ojek yang benar, dan pemesan dari ojek yang salah mengangkut penumpang tadi.
Alhamdulillah mereka sampai dengan selamat. Dan masih ada waktu bermain sebelum kegiatan belajar kakak dimulai.
***
Sambil menunggu aplikasi ojek daring warna hijau, kami duduk di dekat jalan. Bunda sempat salah mengetik alamat penjemputan, pantas tak ada pengemudi yang menerima pesanan. Jarum jam bergeser lebih mundur dari biasanya. Alhamdulillah akhirnya pesanan disambut, artinya tinggal menunggu jemputan datang.
Bunda menyimpan gawai di kantong gendongan. Mengantar kakak sambil menggendong adik, rasanya romantis sekali. Entah hingga usia berapa nanti mereka masih setia menempel seperti ini. Semoga kelak mereka menjadi pribadi yang mandiri, namun tetap mengingat orangtuanya lewat doa-doa yang tak pernah putus.
Seseorang berjaket hijau berhenti di tepi jalan. Agak jauh, beliau menyapa pelan. Bunda melihat sekilas motor yang datang, sepertinya berbeda dengan tampilan informasi di layar. Sedikit mengabaikan, tak sempat untuk memeriksa ulang. "Nanti kesiangan", batinnya membenarkan. Diletakkan tas sekolah kakak di depan kemudi. Memakai helm lalu menempatkan kakak ke atas motor. Setelah semua siap, roda pun melaju.
31/07/10: (Part 2)
Rezeki memang tak kemana. Baru pesan tetapi jemputan sudah di hadapan. Jalanan mulai merayap, kendaraan beradu laju saling mendahului. Baru sampai pertigaan pertama, bunda pikir ada yang salah.
"Kok ke arah sini? Saya pesan ke sana", protes perempuan bergamis abu-abu itu.
Dan benar saja, ternyata yang mereka naiki bukan kendaraan yang benar. Meskipun sudah jalan hingga jarak sekian, mau tak mau mereka pun kembali ke titik awal penjemputan. Di sana sudah menanti abang ojek yang benar, dan pemesan dari ojek yang salah mengangkut penumpang tadi.
Alhamdulillah mereka sampai dengan selamat. Dan masih ada waktu bermain sebelum kegiatan belajar kakak dimulai.
***
Rezeki memang tak kemana, tapi pastikan dulu itu memang jatah kita.
Komentar
Posting Komentar