Langsung ke konten utama

TANTANGAN 1.6 : ANAK ANAK BISA SALAH MENDENGAR, TAPI MEREKA TAK AKAN SALAH MENIRUKAN

HARI KEENAM

Diawinasis M.S
Malang, 30 Januari 2017

Bismillahirrahmanirrahiim…

Hari ini family forum bergeser dari waktu biasanya karena ayah “bertugas” pagi. Tentu komunikasi di sini berperan penting. Bagaimana pagi-pagi bunda “makan kodok” tanpa dibantu Ayah seperti biasanya. Alhamdulillah.. semua berjalan lancar pagi ini.

Ada masanya saya merasa overload, jadi emosi meninggi dan nalar memendek. Biasanya akan ada tugas yang belum selesai, misalnya jemuran kering yang belum terlipat, baju di lemari yang lipatannya nano-nano, atau mainan yang “safari”. Cara paling efektif menjadi “waras” kembali adalah merapikan semua itu. Seolah-olah pikiran akan rapi seperti apa yang dilihat, dan pemilihan diksi semakin positif. Khusnudhon istilah lainnya.

Dan family forum kali ini giliran Farza, alhamdulillah ada yang spesial kali ini. Farza buka forum dengan salam tanpa disuruh. Seperti di materi Komprod, anak-anak lebih mudah “meniru” cara bicara orangtuanya. Kemudian dilanjutkan “cerita” Farza tentang apa saja yang diingatnya, misalnya tentang main perosotan, main air, dsb.

Selesai Farza cerita, kami bahas “jurnal” Farza yang bunda buat di google.doc beberapa hari terakhir. Ternyata lebih simple, tapi menulis manual pun tetap dilakukan. “Bun bacain”, komentar Farza saat kami membahas Jurnalnya.

Dilanjut “setoran” tugas bunda ke ayah, yang artinya gantian ayah yang akan “bertugas” berkaitan dengan family project Griya Wistara. Tetap 2C dipakai untuk memudahakan, “Jadi nanti begini ya, yah? atau begitu?” clarify..memastikan apa yang kumaksud dapat “sampai” dengan tepat.

Besok piket bunda, bunda menawarkan tentang satu materi penting di matrikulasi kemarin yang dibutuhkan di keluarga kami. Alhamdulillah diterima kapten kapal. Apa itu? #insyaAllah besok. :-)



PERUBAHAN KOMUNIKASI DI HARI KEENAM
√ Berpikir positif, memilih kata yang positif
√ Untuk memastikan emosi tidak meninggi, mencoba “makan kodok” di pagi hari alias selesaikan tugas domestik
√ Kebiasaan orangtua yang dilihat anak sangat mudah ditirukan, pastikan memberi teladan komunikasi yang produktif -- berusaha memperbaiki komunikasi dengan anak

#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang