Pada suatu pagi, seperti biasa ada sesi ngobrol bersama. Setelah menyelesaikan misi SKS (sistem kebut sepagian) mengerjakan eNHaWe, akhirnya bisa selonjoran kaki sejenak. Kali ini menjawab pertanyaan seputar tentang impian. Satu hal yang saya tahu, hal ini hanya akan terwujud jika dilakukan.
Jujur saja, saya bukan tipe pemimpi hal yang besar. Lebih suka "nriman" dengan apa yang ada daripada terobsesi dengan sesuatu di luar jangkauan. Pantas saja saat mencoba ARP (tes untuk mengukur tingkat Adversity Quotient) saya cenderung ke tipe Camper. Hmm... Sedikit lagi Climber lah!
Selama ini, harus ada faktor X yang membuat saya berani untuk memperjuangkan sesuatu. Memilih jurusan kuliah misalnya. Bukan karena target ingin pekerjaan dengan gaji sekian, tetapi lebih pada ilmu yang ingin diterapkan minimal pada diri saya sendiri. Curiga memiliki gejala kejiwaan yang menyimpang? Haha.. Bisa jadi. Minimal nanti saya punya teman-teman yang bisa dimintai pertolongan di saat darurat. Lulus tepat waktu sambil memberi sambutan di depan pak WR tiga waktu itu hanya bonus. Paling nggak, sekarang saya tahu tugas perkembangan anak sesuai usianya tanpa harus balapan dengan anak tetangga.
Kembali ke eNHaWe saya pagi itu. Pak suami hanya mesem melihat kata "doodle" di sana. Artinya saya mendapat lampu hijau mencoba menyukai hal ini. Prinsipnya masih sama, "semua boleh kecuali memang ada larangan". Siapa sangka hari ini coretan saya bisa nyempil di buku, nangkring di produk, hingga dipakai untuk logo produk. Di luar ekspektasi diri sendiri.
Yang lebih jago gambar dari saya? Jelas banyak!
Yang lebih sukses dari saya? Lebih banyak lagi.
Tapi saya bukan bermimpi untuk orang lain.
Tak ada kewajiban menjadi kembang api yang membuat langit gemerlap dan suara mengguncang, bukan? Karena saya lebih suka kembang api dengan percikan kecil yang membersamai tawa ringan ketika digenggam.
Komentar
Posting Komentar