Langsung ke konten utama

Setelah "Tilik", Lima Film Pendek Ini Siap Mengaduk Emosi

Assalamu'alaikum... 

Sugeng enjing, Sedherek sekalian. Sampun mirsani film Tilik? Menawi dereng, saget tindak mriki.

(Selamat pagi, Saudara. Sudah nonton film Tilik? Jika belum, klik saja di sini.)


Setelah Bu Tejo viral dengan ghibah-nya, film pendek Tilik pun ikut meroket. Karya garapan Ravacana Film ini berkisah tentang rombongan ibu-ibu yang berniat menjenguk Bu Lurah yang sedang sakit. Sebagian besar adegan berada di atas truk kuning yang mengantar mereka menuju rumah sakit di kota Jogja. Meskipun sepanjang cerita berbahasa Jawa, para penonton ikut larut pada lakon yang diperankan oleh Siti Fauziyah ini. Apakah Anda termasuk yang gemes, atau justru menjadi tim sukses Bu Tejo?


Ambil yang baik, buang yang buruk. 


Salah satu yang dapat kita ambil dari film pendek ini adalah perbendaharaan bahasa Jawa khas Jogja yang kental. Bagi yang tidak paham bahasa Jawa, ada subtitle yang membantu memahami jalan cerita. Seperti kata Bu Tejo, solutip pokokmen!


Tahukah Anda, ada banyak film pendek sejenis yang bisa kita tonton? Tenang, durasinya pun kurang dari satu jam. Bisa dinikmati sambil rebahan menunggu keringnya cucian. Mengingat daftar penghargaan yang diraih oleh film berikut, pesan moral dan kritik sosial di dalamnya pun bukan kaleng-kaleng


*DimaseNotes*


Monggo...


1. Lemantun

Klik di sini untuk menonton.


Berkisah tentang seorang ibu yang berniat membagi warisan kepada kelima anaknya. Yang unik, warisan sang ibu bukan tanah atau perhiasan melainkan lemantun atau lemari. Pembagiannya pun tak lazim karena memakai sistem kocok seperti arisan. Bagaimana nasib lima lemari yang akhirnya berpindah dari rumah sang ibu? Mungkin Anda butuh sekotak tisu untuk kisah menyentuh hati yang ini.


2. Anak Lanang

Klik di sini untuk menonton.


Digarap oleh rumah produksi yang sama dengan Tilik, Anak Lanang juga mengambil latar kota Jogja. Cerita tentang empat orang anak yang naik becak sepulang sekolah. Jika ada pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, maka kita patut berkaca pada hubungan anak-anak dan orangtua mereka pada film ini. Sigit yang rajin dan lebih bijak bersikap, memiliki seorang ibu yang hangat. Samsul yang suka main PS, ibunya adalah penonton setia sinetron di televisi. Penasaran dengan orangtua dari Danang dan Yudho? Siap-siap terkejut dengan akhir film pendek satu ini. 


3. Nyumbang

Klik di sini untuk menonton.


Musim undangan tetapi kantong menipis? Ternyata juga dialami oleh tokoh suami istri di film ini. Setumpuk ulem juga kabar sakitnya tetangga membuat mereka buntu. Bermodal akting seadanya, mereka pun memanfaatkan empati warga dengan berpura-pura sakit. Akankah usaha mereka membawa untung atau justru malah buntung?


4. Nilep

Klik di sini untuk menonton.


Apa yang terjadi jika Anda mencuri dari orang yang lebih miskin? Meskipun hanya nilep barang kecil dari pedagang mainan, tetap saja namanya mencuri. Anak perempuan di film ini saja hafal dalil qishash bagi pencuri. Anak-anak memang masih terjaga fitrahnya, nurani mereka bisa membedakan benar dan salah semudah itu. Sindiran keras bagi pelaku korupsi yang nol-nya saja tidak bisa dihitung. 

Apakah untu-untuan hasil nilep akan dikembalikan oleh anak-anak tersebut? Akankah si pedagang akan memarahi dan memukul seperti yang mereka takutkan? 


5. Tinuk

Klik di sini untuk menonton.


Menceritakan lakon Tinuk, istri dari seorang tukang parkir di Kota Malang. Perempuan ini ingin membeli HP baru seperti yang dimiliki tetangganya. Akan tetapi sang suami menolak permintaan Tinuk, mengingat kondisi keuangan mereka. Meskipun sempat bertengkar, suami Tinuk tidak pernah lelah menasihati sang istri.

"Ojo kedonyan," salah satu ucapan bijaknya. 

Akankah Tinuk tergoda rayuan si penjual HP yang juga mantannya tersebut? 


*DimaseNotes*


Anda punya referensi film pendek lain? Silahkan tulis di kolom komentar. 

Komentar

  1. Taufiqur Rizal (@TarizSolis) Tweeted:
    Ada banyak film pendek buatan sineas Indonesia yang bagus dan menggoreskan kesan mendalam.

    Tapi, tak banyak yang diunggah resmi ke YouTube. Dalam utas ini, saya mengompilasi beberapa film pendek tanah air yang bisa kalian tonton secara legal.

    Mariii~~~

    (A Thread) https://t.co/3n6xshIELe (https://twitter.com/TarizSolis/status/1296023401249689606?s=20)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...