Langsung ke konten utama

Jurnal 1.1 Dimase Hexa House

Bismillahirrahmanirrahim... 

Sampailah kita di kelas Bunda Produktif yang penuh dengan binar semangat sekaligus memicu kewaspadaan. Kita mau ngapain nih? 

Setelah sebelumnya melewati tahapan 'daftar ulang', alhamdulillah resmilah kami menjadi warga kota Hexagon yang disebut sebagai Hexagonia. Kami mendapatkan KTP, golden badges, dan playbook. Wah, penuh dengan kejutan pokoknya. 

Twibbon Hexagonia

Dan tugas pertama kami adalah: Merancang Hexa house kami sesuai dengan passion masing-masing. 

Posisi Saat Ini di Hexagon City

Malam pertama setelah menyimak ibu Septi live, hexa house masih dalam angan-angan. Seperti apa ya? Yang jelas harus ada tempat rebahan dan tempat khusus untuk doodling. Hahaha.. Seperti pesan Funding Mother di alun-alun kota kemarin: Hexagonia harus homie dan betah dulu di tahap ini. Maka 'rumah' adalah tempat menghasilkan karya dan menjadi tempat menyimpan setiap prosesnya. 

Bermodal Kelas Bunsay level 12, pasti ada jalan dengan mencari tahu lewat mesin pencari. Pokoknya kalau sudah sampai level ini tidak boleh apa adanya, kudu berusaha yang terbaik! Alhamdulillah nemu aplikasi membuat desain rumah yang bisa dipakai di HP android. Ini dia si 5D planner, A-Ha! Sepertinya ini bisa dicoba. 

Dan petualangan ngulik pun dimulai! Setelah menonton video tutorial, yang awalnya bingung sedikit demi sedikit mulai tercerahkan. Ada beberapa contoh project juga yang sudah jadi sebagai referensi. Menggambar segienam dengan jari, hasilnya seperti ini:


Sepertinya di sini kecerdasan spasial saya mulai tertantang. Mulai bentuk segienam, berapa sudutnya? Gimana hitung luasnya? Dan pertanyaan konyol lainnya untuk si Ayah Wistara yang biasa gahol dengan angka. Dan ini dia hasilnya setelah latihan sehari jadi arsitek. 

Rancangan 1

Sepertinya masih butuh revisi, jadi saya masih belum buru-buru setor jurnal. Saya masih berusaha beberapa kali membuat versi yang lebih gue banget. Karena enam bulan ke depan ini akan menjadi tempat 'pulang' di Hexagon City. 


Rancangan 2

Ini dia Dimase Hexa House yang mewakili passion saya saat ini. 

Rumah berdasarkan passion? Tak jauh dari rumah pada umumnya dimana semua kebutuhan diri bisa terpenuhi, dan tentu saja ada ruang khusus untuk bisa lebih produktif dan bermanfaat. 

1. Kamar Tidur. 

Doodler butuh istirahat yang cukup, 1 lemari untuk tempat menyimpan outfit, dan meja rias untuk me-time merawat diri. Yang kemarin bahas skinker? Sini saya kasih bocoran! Haha.. Main aja ke KIPMA. Tempat ibadah juga di sini, masih ada ruang kosong yang memang disediakan untuk kebutuhan rohani. Dipilih warna hijau kebiruan untuk menjadikan ruangan ini lebih nyaman bagi saya pribadi yang dominan harmony. 

2. Kamar Mandi. 

Penting banget menjaga kebersihan dan kesucian badan. Jangan ditanya untuk apa. 

3. Ruang Hijau. 

Sepertinya ini butuh banget untuk relaksasi dan menemukan inspirasi. 

4. Dapur. 

Di sini terdapat kitchen set, kulkas, dan microwave. Meja makan sengaja diletakkan di dapur agar memudahkan menyajikan & membersihkan alat makan. Saya memang tidak jago masak, tapi doodler pasti butuh makanan. 

5. Ruang Tamu. 

Meskipun di masa pandemi ini aktivitas menerima tamu berkurang drastis, tetapi di Hexagon City tentu lain cerita. Siapakah yang akan datang ke Dimase Hexa House nanti? Kutunggu hadirmu! 

6. Dimase Room! 

Ini dia yang makan waktu paling lama. Berulang kali menata ulang apa yang perlu ditambah agar semakin nyaman. 

Meja kerja, kursi, komputer, printer, alat gambar, lampu meja. Jangan lupa kursi santai dan koleksi buku yang menemani menggali inspirasi. Pintu kaca membuat cahaya banyak masuk ke dalam. Kenapa ada partisi di sana? Haha.. Itu bisa dipakai untuk menempel karya dan produk Dimase Art. Oiya.. Jangan lupa dengan papan untuk alir ide dan mencatat agenda harian. Sofa biru untuk apa? Doodling itu nggak selalu duduk tegak, bahkan lesehan di karpet pun jadi! Makanya ruangan ini memilih lantai dengan alas karpet coklat. Do you want to glundungan? 



Tak ada yang sempurna, pasti masih banyak kurangnya. Tapi desain ini sudah lumayan mewakili kebutuhan. 




Lalu apa lagi tantangan berikutnya untuk Hexagonia??? Yuk lanjut petualangan membangun kota! 


Diawinasis M. Sesanti / Hexagonia / IPMR

Malang, 25 September 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang