Langsung ke konten utama

Jurnal 1: IDENTIFIKASI MASALAH

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ


Jurnal I: Identifikasi Masalah


Memahami, mengidentifikasi masalah yang ada dalam diri kita dan lingkungan sekitar kita, merupakan keterampilan awal yang harus dimiliki oleh seorang Ibu Pembaharu.


Alhamdulillah kelas baru. Setelah masa orientasi (21/06), dimulai kuliah perdana pada Rabu (23/06) bersama Ibu Septi Peni Wulandani. Kali ini kami belajar tentang tahap pertama menjadi seorang ibu pembaharu: Mengidentifikasi Masalah


Kartu Mahasiswa Kampus Ibu Pembaharu

🌱 Faktanya, jumlah solusi lebih sedikit daripada jumlah masalah. Maka dibutuhkan memperbanyak solusi dengan menambah jumlah orang-orang pembawa perubahan. Setiap orang adalah changemaker, setiap ibu adalah ibu pembaharu. Yang perlu dilakukan adalah melakukan berulang tahapan berikut: 

- Cognitive emphaty: empati dengan nalar, tak sekedar turut merasakan masalah tetapi juga mencari aksi-solusinya. Bukan hanya masalah orang lain, tantangan yang dialami diri sendiri pun perlu diperhatikan. 

- Teamwork: ketika melakukan kolaborasi bersama tim, maka dampaknya akan lebih besar dibandingkan sendirian. 

- New leadership: hal ini penting dalam rangka mengembangkan ketahanan dan kepemimpinan dalam proses pemecahan masalah sosial sejak dini. Saat ibu telah melakukan dua tahapan di atas, anak yang melihat prosesnya akan mampu mengikuti. 

- Creative problem solving: ketika masalah datang berulang, perlu dilakukan pemikiran kritis untuk membuat solusi yang lebih inovatif untuk masalah yang kompleks. 


🌱 Indikator Sukses 

Pada Kelas Bunda Salihah ini, terdapat dua indikator sukses: komunal dan personal. 

Indikator sukses komunal telah ditentukan oleh tim formula, bersifat sama untuk semua mahasiswa: Tantangan, 1 aksi 1 solusi, event, portofolio. 

  • Tuntas minimal 7 dari 8 tantangan
  • Tuntas minimal 7 dari 8 review yang ada
  • Mampu mengubah empati menjadi minimal 1 aksi untuk 1 solusi 
  • Ikut berpartisipasi aktif minimal 2 dari 3 event besar di Kampus Ibu pembaharu
  • Mampu membuat 1 portofolio aksinya dalam bentuk websites/pdf/karya digital lain

Indikator sukses personal saya buat pribadi berdasarkan identifikasi masalah yang saya buat: 

  • Minimal membuat satu gambar ilustrasi/clip art bersamaan dengan menyelesaikan tiap tantangan kelas. 
  • Mengumpulkan semua aset desain yang telah dibuat ke dalam satu folder penyimpanan agar mudah digunakan. 


🌱 Identifikasi masalah adalah tahap pertama menjadi ibu pembaharu. Tahapan lengkap menjadi ibu pembaharu bisa disimak di [www.ibupembaharu.com].


🍃 Apa Masalah Saya? 

Saya mencoba mencari apa yang menjadi tantangan diri saya saat ini. Menarik benang merah dari keseharian saya membuat desain dan konten media sosial, saya seringkali terkendala keterbatasan source desain yang saya butuhkan. Canva free tidak menyediakan aset selengkap yang premium, kalau pun ada belum tentu sesuai dengan style desain yang saya miliki. Saya juga butuh untuk terus upgrade skill dengan ikut kelas belajar tetapi belum bisa karena masih terbatas secara finansial. 

Tantangan di keluarga, Alhamdulillah saat ini suami tetap berpendapatan. Dengan jumlah yang menurun dibandingkan sebelum pandemi, maka kami perlu melakukan penghematan atau mencari sumber rezeki lain agar kebutuhan tetap terpenuhi. Saya ingin turut andil membuka jalan rezeki lewat skill yang saya miliki. Jam terbang yang masih terbatas, perlu ditambah dengan memanfaatkan kesempatan sekecil apapun. Yang akhirnya menghasilkan portofolio yang bisa "menjual".

Lain lagi tantangan di lingkungan, saya lebih banyak berkutat di dunia online. Dengan memakai kacamata desain, suka gemas saat melihat ide dan produk yang bagus tetapi tidak dikemas dengan tampilan yang baik. Selain itu, banyak juga yang masih meremehkan pekerjaan membuat desain atau aset. Banyak yang meminta diskonan atau gratisan, padahal untuk membuat desain ada proses panjang dalam mengumpulkan ide, eksekusi, revisi, hingga dapat digunakan. Waktu, tenaga, serta biaya yang dipakai tak ubahnya membuat produk pada umumnya. 


Dari daftar panjang masalah di atas, saya memilih satu masalah utama yaitu terbatasnya sumber daya desain yang saya miliki. 


🍃 Bagaimana Saya Tahu Ini Masalah Bagi Saya? 

Terbatasnya sumber daya desain yang saya miliki membuat saya tidak bisa membuat desain yang gue banget. Ingin mengupgrade desain tetapi terbatas pada sumber daya yang free saja. Ingin upgrade skill tetapi belum bisa menambah pemasukan dan value dari desain yang dibuat. 

menjadi salah satu tantangan yang datang terus-menerus dan membuat saya terus mencari jalan keluar dengan segala keterbatasan. Mulai dari memakai coretan manual/doodle, mengubahnya menjadi gambar digital, hingga membuat gambar digital langsung memakai alat yang ada. Dengan kata lain, keterbatasan saya memantik munculnya jalan untuk terus berproses mengupgrade skill yang saya miliki dengan menggunakan apa yang ada. 



🍃 Bagaimana Saya Tahu Masalah Ini Sudah Selesai? 

Memanfaatkan kelas Bunda Saliha, selama 6 bulan ini saya akan fokus berkomitmen membuat aset desain berupa ilustrasi/clipart yang bisa saya pakai ketika membuat desain atau konten harian. Asumsi saya 6 bulan berada di kelas ini, bersamaan dengan tantangan jurnal (8) dan review (8) insya Allah saya sudah memiliki 16 tema clipart. Yang kemudian dikumpulkan dalam satu folder dan dapat saya pakai ketika membuat desain. 


🌱 Problem Statement

Setelah menjawab pertanyaan di atas, akhirnya saya bisa membuat Problem Statement berikut: 






🌱 Analisa Akar Masalah

Tahap berikutnya adalah menggali lebih dalam tentang akar dari masalah di atas. Mengapa keterbatasan sumber daya desain menjadi masalah? Karena karya yang dibuat menjadi terbatas, padahal desain yang baik sangat dibutuhkan untuk membuat konten. Pesatnya perkembangan di bidang desain, dibutuhkan desain yang berbeda agar memiliki style yang unik dan khas. 

Sebenarnya keterbatasan ini berhubungan dengan jam terbang saya yang terbatas, dapat diatasi dengan menambah jam terbang dan kemanfaatan sesuai yang saya mampu saat ini. 

Skill yang masih perlu ditingkatkan dapat ditambah dengan ikut kelas desain, menambah jam terbang membuka peluang untuk menambah tabungan untuk bisa ikut kelas berbayar. 

Aset desain yang terbatas dapat diatasi dengan membuat sendiri ilustrasi kemudian didokumentasikan ke dalam folder khusus agar mudah untuk digunakan. Alhamdulillah jika nanti bisa terpakai atau menjadi penghasilan tambahan, intinya menjadi solusi tantangan yang dihadapi. 



Alhamdulillah. Saya butuh waktu lebih untuk melakukan perenungan di tantangan kali ini. Saya belum yakin 100% apa yang saya simpulkan ini benar. Bisa jadi nanti akan ada revisi atau pun tambahan jika saya menemukan insight baru. 


Diawinasis M. Sesanti

TGK, 27 Juni 2021




Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang