Langsung ke konten utama

RBI10

#DiawinasisMawiSesanti #Post10 #RuangBerkaryaIbu #IIPMALANGRAYAJATSELA

Jkt, 23 Juni 2017
D. M. Sesanti &  Farzana (2y11m)

Pulang kampung artinya ada banyak sekali sumber belajar yang bisa di-eksplorasi. Meskipun kampung kami di Jakarta, bukan melulu ketemu tembok gedung pencakar langit atau macet kendaraan di jalan raya. Masih banyak spot hijau dan tanah lapang yang merupakan tempat main favorit Farza.

*Payung Tunas Teratai*☔🌱
Di sini Farza suka main perosotan, ayunan, jungkat-jungkit atau sekedar lari-lari an di rumput sambil melepas alas kaki. Ada 2 jenis tangga untuk bisa main perosotan, model tangga dengan anak tangga pipa dan model "rock-climbing". Di awal main ke sini, ananda masih minta dipegangi ayah/bunda. Alhamdulillah, lama-lama bisa dan berani memanjat sendiri. Diiringi selebrasi tepuk tangan saat sudah di bagian atas sebelum merosot.
"Bun, ada semut.. Semut.. ", sambil meminta tolong untuk diangkat agar bisa melewati rombongan semut rang-rang di depannya.
"Bisa lompat ke bunda?"
"Nggak bisa.. Tolong.. "
Sepertinya si deliberative masih belum yakin bisa melompat dengan kakinya yang masih lecet. Bunda pun membantu ananda, kami pun mengamati semut tersebut.
"Semutnya warna apa?"
"Orange"
"Banyak ya semutnya.. Mau kemana ya?"
"Kemana.. Farza belum tahu.."
"Semutnya mencari makan.. Siapa yang memberi Rizki pada semut? "
"ALLAH".
"Kalau semut ada di surat apa?", Sambil mengingat buku hewan-hewan dalam Al-Qur'an.
"An Naml".
Obrolan kami terus berlanjut sambil asyik mengamati tanaman, ananda menyebut nama tanaman yang diketahuinya lalu balik bertanya ke bunda saat tidak tahu namanya. Kolam ikan yang sebelumnya tak terlihat ikannya, semakin menarik saat baru dikuras dan ikan-ikannya jelas terlihat diantara air yang jernih.
Beberapa hari ini, kami banyak menghabiskan waktu di perpustakaan RPTRA. "Family reading time" yang seru. Saat sudah bosan dibacakan buku, ananda memilih buku sendiri lalu "membaca" gambar yang dikenalnya dan mengarang ceritanya sendiri.

*Taman Cempaka*🌳🌸
Aktivitas fisik masih menjadi favorit ananda, melepas sandal dan berlarian di rumput hijau. Penasaran dengan area bermain, dicobalah olehnya keluar masuk arena panjatan yang berbentuk tabung kurungan burung. Meskipun baru bisa memanjat 1 tangga (karena tinggi badannya baru bisa level ini), ananda senang sekali.
Di seberang area ini, terdapat banyak pohon buah: belimbing, jambu, mangga, dsb. Ananda yang penasaran langsung berlari dan bertanya "Mana belimbing? Mana buahnya?". Sambil memungut belimbing tua yang sudah jatuh di tanah, "Ini yah.. Belimbing".
Perjalanan pulang pun semakin seru karena melewati gundukan tanah yang tidak rata (seperti bukit) . Ananda naik turun di sana beberapa kali sebelum akhirnya mau pulang ke rumah nenek.

*DIY PLAYING*
Liburan lalu, ananda masih tidak mau main bareng kakek. Nah liburan kali ini, aktivitas  bersama yang membuatnya mau main bareng dengan kakek adalah membuat mainan dari barang bekas. Ditunggui saat kakek memotong sandal jepit bekas menjadi ban mobil dan ditempel ke kardus bekas. TARAA.. Farza punya truk keren buatan kakek nih.

Esok harinya, Farza sibuk minta petasan lempar seperti punya dek Ghita. Ayah lalu mengajak main ke kebun mencari buah "pletekan". Meskipun gatal-gatal dikerubungi nyamuk, buah rumput nyangkut di baju, tapi seneng banget saat buah pletekan ini meledak-ledak dimasukkan air.

Ada anak yang main gelembung sabun. "Farza mau itu..", polanya mulai terbaca saat minta mainan. Kami pun mencari kaos kaki bekas, main Giant bubble snake yang cukup mengundang perhatian anak-anak lain. Jadi lah mereka main sendiri saat Farza sudah mulai bosan dan tangannya keriput terkena sabun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang