Langsung ke konten utama

TANTANGAN 5.11

Tantangan 5.11
Diawinasis M. Sesanti©
Trenggalek, 18 Juni 2017

Alhamdulillah berhasil melewati 10 hari pertama, karena STOCK buku yang belum dibacakan masih ada jadi saatnya melanjutkan kebiasaan baik "Family reading time". Family team-nya seminggu ini bunda-Farza karena ayah masih ada jadwal masuk di kantor. Saat stock buku yang belum dibaca habis? Waktunya mengulang-ulang READ ALOUD buku lawas.

*Nabi Yusya dan Matahari yang Tertahan: tahu Nabi Yusya??? Sepertinya saya perlu lebih banyak membaca agar tidak kudet dengan kisah para nabi. Apapun tantangannya, ketika Allah sudah berkehendak maka "kun fayakun" menunda matahari yang hendak terbenam hingga pasukan Nabi Yusya dapat menakhlukkan Baitul Maqdis.
*Adab Lebaran ala Rasulullah saw. : Nah, Idul Fitri sudah di depan mata. Buku ini tentang sunnah-sunnah di hari raya: mandi, memakai pakaian terbaik yang dimiliki, makan pagi sebelum sholat, memilih jalan yang berbeda saat berangkat-pulang sholat Ied, bertakbir, dst. Kok jadi sedih ya, bakal LDR lagi dengan Ramadhan.. Hiks 😢

Di hari ke 11, kami memutuskan menempel 1 bunga di setiap 5 daun di pohon literasi. 22 buku=22 daun=4 bunga. Lalu kapan berbuah?? Sepertinya 5 bunga cukup untuk 1 buah, tapi nanti.. Saat tantangan level 5 berakhir.

Apa kabar pohon literasi ayah-bunda??? Akhirnya khatam membaca HIAIP, meskipun berkali-kali nulis nomor halaman hingga akhirnya sampai di lembar terakhir. Anggap lah 3 daun lain bonus, karena yang bunda baca adalah materi kulwap di RBI. 😉 Itu juga dihitung membaca, bahkan butuh fokus lebih sambil membuat mindmap untuk mengunyah materinya.

Tantangan baru di esok hari, saat perjalanan mudik apakah tetap bisa suka "membaca"???
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang