Langsung ke konten utama

Dosa Pengasuhan

Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, setiap anak memiliki kecenderungan pada kebaikan.

Terngiang akan hal ini, ada satu PR yang menjadi ganjalan kami sebagai orangtua beberapa waktu belakangan. Yaitu terkait fitrah jasmani ananda yang perlahan bergeser. Melihat si adik bayi yang mudah bangun pagi, seharusnya kakak pun juga mudah melakukannya. Tapi jadwal bangun tidur ananda jauh melampaui waktu subuh membuat kami agak khawatir karena ini berarti menyalahi fitrah. Padahal nanti nature character (fitrah) ini dibutuhkan ketika bertemu nurture character (adab) terutama saat memasuki masa pra latih (7-10 tahun). Akan sulit rasanya saat tiba waktunya mengajarkan sholat ketika anak kesulitan bangun subuh.

Sebelum terlambat, sepertinya kami butuh "bantuan" saat kesulitan datang. Benar, tadzkiyatun nafs memberi sedikit pencerahan. Karena Dialah Allah, Pendidik terbaik bagi anak-anak kita. Tak ada yang mustahil ketika Allah sudah berkehendak. Kami pun introspeksi kembali, ternyata kami kurang "menggairahkan" imaji positif ananda tentang bangun pagi. Kami pun merasa "baik-baik saja" ketika anak masih lelap sementara kami bisa tenang sholat subuh. Ternyata memang kami sebagai orangtua yang lalai. Kami lah yang harus berbenah, bukan anak-anak.

Hikmah memasuki "dunia kedua" memaksa kami untuk memulai pertaubatan dari dosa pengasuhan anak pertama. Perlahan tapi pasti, si sulung pun mulai bangun pagi. Sambutan hangat saat ia membuka mata, tetap relaks dan optimis memulai hari. Mengajaknya melangkah kaki menyambut panggilan Allah. Tak masalah saat ananda hanya menggelar sajadah tanpa gerakan sholat, duduk-duduk, atau pun terlelap kembali. Masih ada haknya untuk menikmati setiap imajinasi tentang keindahan sholat. Bukankah ini pun menyemai fitrah keimanannya.

Ibarat bertanam, tidak bisa di satu waktu menanam sambil memanen. Butuh proses panjang, bukankah kita belajar sejak buaian hingga liang lahat? Sepanjang itu lah kita berusaha untuk berpegang pada fitrah. Tak hanya satu fitrah, semua perlu ditumbuhkan dan saling kait mengait. Menjalankan tugas manusia sebagai hamba Allah sesuai fitrah zaman dan tempat kita hidup di dunia.

#savesisulung
#bangunsubuh
#fitrahjasmani
#jambiologis
#fitrahkeimanan
#tadzkiyatunnafs
#rileksoptimis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang