Langsung ke konten utama

DoodleArt

Biasanya identik dengan anak muda yang banyak memiliki waktu luang. Umumnya disebut doodle jika berupa gambar karakter bertumpuk, baik monster, tokoh kartun, dsb. Apa benar demikian?

Find your own definition.

Doodle : coretan
Art : seni

Sebenarnya saya tak punya banyak teori dan referensi tentang doodleArt, namun saya menyukai membuat coretan langsung. Belakangan saya belajar lewat saling berbagi dengan doodler lain yang memiliki minat yang sama. Dengan kata lain: *learning by doodling and sharing* yang juga menjadi tagline RumBel DoodleArt IP Malang Raya dan Jatimsel.

Hanya yang berbakat seni yang bisa membuat doodle?

Bahkan sejak anak-anak saat pertama mengenal alat tulis, doodle lah yang biasanya dibuat sampai bisa memenuhi dinding rumah. Setelah di sekolah, buku tulis, paket, bahkan bangku pun umumnya sering ditemukan "karya" berupa doodle. Jadi siapapun sebenarnya bisa.

#Bagaimana Membuatnya?
Just do it!

Tidak punya alat lukis, cat, kuas, dsb?

Gunakan #alatbahan apapun yang ada di sekitar kita. Percaya atau tidak, saya kembali membuat doodle setelah anak pertama saya mulai tertarik mencorat-coret dinding rumah. Tak mau kalah, saya ikut mencoret-coret dinding bareng kakak. Jangan bayangkan lukisan atau mural yang bagus, lebih mirip coretan anak TK pada umumnya. Bahkan bahan main dan belajar kakak lebih banyak membuat sendiri dengan coretan.
Apa yang ada di sekitar kita: Kertas dan pensil, Spidol dan papan tulis, kuas dan dinding, sketchbook dan drawing pen, apa saja.

Di NHW saat matrikulasi IIP, saya menuliskan ttg doodleArt di dalamnya. Reaksi suami? hanya tersenyum saat membacanya. Tapi inilah ranah enjoy easy yang saat itu saya nikmati. Hampir dua tahun terakhir mencoba belajar menambah jam terbang. Awalnya lewat doodle gratis untuk siapa saja yang ingin, waktu itu alat bahan pun terbatas.

Selanjutnya saat berniat meningkatkan kualitas, maka saya pun mulai memberi tarif karena alat bahan yang dibeli tidak gratis. Menerima pesanan adalah cara menantang diri: "menyesuaikan selera" dengan orang lain, manajemen diri (khususnya menyelesaikan tugas utama sebelum doodling), dan membuat mood tetap stabil. Dan belanja pengalaman lah yang lebih mahal daripada sekedar berapa yang didapat dari corat-coret. Allah Maha Baik, memberi banyak kesempatan corat-coret tak hanya di dinding rumah tapi juga:

Coretan quote untuk buku.
Coretan untuk workbook.
Coretan untuk gift.
Coretan untuk undangan nikah.
Coretan untuk header dan content blog.

"Sebenarnya gambarmu pantes lho kalau dikasih tarif lebih mahal", pengakuan seperti ini menjadi sebuah support bahwa yang selama ini saya lakukan tidak sia-sia.

Apakah sudah mencapai E ketiga dan keempat? (Excellent dan Earn)

Masih berproses, menyiapkan diri ketika saatnya tiba. Semoga Allah memberi kesempatan untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya dengan apa yang saya punya.

Diawinasis M Sesanti
Mlg, 06 September 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang