Dza, Pada suatu pagi.
Rara masih terlihat sibuk. Beberapa teman sekelasnya pun memiliki aktivitas yang sama, mengerjakan PR Kimia. Aku memilih balik kanan kembali ke kelas, enggan mengganggu. Padahal di kepalaku sudah berbaris rapi pertanyaan tentang kejadian kemarin.
Jam istirahat, tapi Rara tetap tak terlihat batang hidungnya. Baiklah, sepertinya lebih baik aku menyerah kali ini. Kembali ke kelas berarti aku harus belok kanan, tapi kakiku memilih belok ke kiri. Mendarat sempurna di salah satu bangku di kelas sebelah. Kelas Mikha.
"Gimana kemarin, jadi ketemuan?", gadis manis yang juga sahabatku itu tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Aku mengangguk pelan. "Tapi ada yang aneh sama Rara, sepertinya dia menghindariku. "
"Kemarin bareng dia kan?"
Sekali lagi aku mengiyakan. Dan kami pun memilih berganti topik pembicaraan setelah buntu soal Rara.
***
"Cantik nggak, jangan-jangan selama ini ngobrol sama..."
Jadi kalimat ini yang membuat Rara muntab. Kalimat yang didengarnya dari Dana sebelum bertemu denganku. Rasanya seperti berada diantara dua kutub, dan keduanya adalah temanku. Teman cerita di dunia maya, dan teman yang setiap hari kutemui. Yang satu tak terima disalahkan, yang satu tak terima jika aku dipandang sebelah mata.
Ketika laki-laki menilai dengan mata sedangkan perempuan menilai lewat kata-kata. Ternyata menjadi teman pun harus menarik bagi mata, bukan hanya soal berbagi cerita.
Aku pun menyerah.
***
Komentar
Posting Komentar