Langsung ke konten utama

Jurnal 4.2 Self Asessment

Bismillahirrahmanirrahiim,

Pekan kedua ini dimulai dengan cerita serta diskusi bareng bunda Septi di FB Group Kelas Buncek. Mulai lah muncul definisi mentorship, perbedaan dengan coaching, apa saja yang dilakukan, serta pentingnya membentuk trust-leadership-tacit knowledge ketiganya bisa dilakukan dengan terus menerus melakukan komunikasi dan saling memberikan feedback.

Itulah mengapa di pekan ini tugasnya adalah melakukan self asessment dengan melakukan ngobrol bareng (levat video call, bertukar video, atau voice note).

As mentee
Topic: Manajemen Finansial

Pekan ini Mentor (Kak Gita) sudah menjadwalkan meeting bareng. Awalnya hari Rabu, namun untuk memudahkan mentee mengerjakan jurnal akhirnya dimajukan ke hari Senin (11/05).

Meeting : Financial Talk
Senang sekali bisa tatap muka langsung dengan mentor satu ini. Ramah, kalem, dan menyadarkan kami sebagai mentee tentang "strong why" agar tidak macet di tengah jalan belajar topik yang ngeri-ngeri sedap ini.

Dari sini, saya jadi sadar bahwa selama ini sering macet dalam melakukan pencatatan keuangan karena belum paham tujuan. Nah, mumpung masa #diamdirumah sekaligus masa adaptasi soal keuangan keluarga, Kak Gita menyarankan kami untuk melakukan financial record untuk paham aliran dana masuk, aliran dana keluar, evaluasi, hingga akhirnya bisa dijadikan patokan dalam membuat budgeting.



Ngena banget waktu beliau bilang bahwa tiap keluarga unik, bisa jadi sumber dan tujuan keuangannya berbeda. Jadi temukan financial rhithm masing-masing.

Find Your Financial Rhithm


As mentor
Topic: Doodle Art

Sambil mengukur level kemampuan diri, saya masih berusaha menemukan pola komunikasi yang tepat untuk ketiga mentee agar mentorship ini dapat berjalan optimal. Saat menawarkan opsi video call, ternyata ketiganya lebih memilih memakai media bertukar video dan voice note. Saya pun mengamini, barangkali ini lebih nyaman bagi para mentee.

Mentee I (Kak Satya)
Memilih peer mentoring karena menilai kami berada di level yang sama dalam belajar doodle art. Kami memang belajar bareng sejak rumbel doodle art pertama dirintis. Jadi kami lebih banyak ngobrol dan sharing pengalaman lewat chat. Saya banyak bercerita cara memperbanyak jam terbang lewat project (baik pribadi maupun kolaborasi). Fokus dengan tujuannya untuk konsisten produktif membuat karya.



Mentee II (Kak Rahma)
Kak Rahma memiliki strong why belajar doodle untuk membuat media belajar untuk anak-anak. Beberapa kali Kak Rahma sudah menunjukkan rasa enjoy-easy membuat doodle karakter, sebelumnya beliau juga sudah pernah belajar tentang pembuatan komik.
Doodle Karya Kak Rahma

Di video yang beliau kirimkan (12/05), beliau bercerita tentang latar belakang, level belajarnya saat ini, tantangan, kesepakatan jam online, dst. Saya pun membalas dengan vudeo dengan lebih banyak sharing pengalaman.



Mentee III (Kak Ayu)
Saya merasa belum banyak ngobrol dengan Kak Ayu namun berusaha mencari pola komunikasi agar bisa saling mendukung di program ini.
Karya Kak Ayu


Alhamdulillah kak Ayu sudah mengirim video (14/05) dan mulai kenalan dengan karya yang pernah beliau buat. Wah, cantik sekali lukisan cat airnya. Beliau ingin belajar doodle art untuk melengkapi mindmap-nya yang beririsan dengan lettering. Ingin membuat desain produk, buljo dan catatan harian, memperbanyak latihan, membuat kelas, dst. Saya memberikan feedback motivasi dan referensi yang mungkin sesuai dengan goal yang ingin dicapai.



(((Jurnal akan di-update jika ketiga mentee sudah mengirimkan video/voice note atau video call.)))

Malang, Mei 2020
Diawinasis M. Sesanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...