#310517
MOTHER TONGUE
Habis baca halaman tentang bahasa ibu, jadi pengen doodling.. (jangan tanya kapan khatamnya baca buku ini).
Jadi ngerasa optimis, oiya.. Saya masih "on track". Bahasa ibu yang kami pilih adalah bahasa Indonesia, karena saya dan suami beda bahasa ibu jadi kami pilih jalan tengah karena anak saya pasti ngobrol dengan ayah-bundanya, bukan dengan salah satunya saja. Kalau ditanya fasih nggak, minimal saya bisa mengekspresikan apa yang ada di pikiran dan perasaan saya dengan bahasa. Contohnya dengan caption ini.
Dan kembali lagi, setiap individu, setiap keluarga itu unik. Termasuk bahasa ibu yang dipakai tiap keluarga, tak bisa dipaksa apalagi diseragamkan.
Ngomong-ngomong, bisa jadi ini alasan kenapa dulu tabu nikah beda suku. Mungkin salah satunya agar bahasa ibu tetap terjaga. Tapi saat ini, di tengah mudahnya interaksi antar kota antar provinsi (terimakasih sumber k*encono #eh) bahkan lintas negara-benua, membuat batasan ini pun semakin hilang.
Bisa jadi potensi besar untuk anak-anak belajar beragam bahasa, saat ayah dari sunda, ibu jawa tengah, tinggal di Jawa Timur, tetangga dari luar pulau. � Ini baru kasus di pulau jawa saja, bukan luar pulau apalagi beda benua.
Pastikan sepakat memilih 1 bahasa ibu terlebih dahulu, baru belajar bahasa lain. #CatatanUntukDiriSendiri ditemani orang betawi lama di Jogja lebih fasih bahasa Papua. Cc @ayah Farza
Komentar
Posting Komentar