Langsung ke konten utama

Jejak di Balik Coretan

Selesai "asik-asik" membuat coretan, kakak Wistara menempel karyanya di dinding. Tepat menimpa bekas coretan yang dibuat sang adik kemarin.

"Aku tempel di sini buat nutupi coretan adik di dinding, ya?", katanya.

Penasaran dengan cerita di balik gambar, saatnya meminta kakak berkisah.



"Ada dua orang main di depan rumahnya sendiri-sendiri. Yang satu main pesawat jet, yang satu jalan kaki. Ini ada pohonnya, di pohon ada ayunannya. Orangnya mau ke pegunungan (perhatikan jalanan naik turun). Di jalan ada mobil polisi, jalan dari sini ke sini. Ini rambu-rambu lalu lintas. Pas mobilnya udah lewat, orangnya menyeberang ke sini. Ini sore-sore lagi hujan. Awannya ada yang happy, ada yang marah, ada yang ndomblong, ada yang... BINGUNG!"

"Masa satu naik pesawat satu jalan kaki ke pegunungan? Ga diajak naik pesawat?", Bunda mulai ngeyel.

"Itu pesawat jet mainan/yang pakai remote control, bukan pesawat beneran.", terangnya.

Serasa sedang interpretasi psikotes grafis (HTP). Ada gambar rumah-pohon-orang di sana. Yang jelas itu hujan sore-sore pasti dari lagu yang jadi backsound tari 17-an. Ekspresi awannya serupa dengan yang setiap pagi ditemui pas absen. Jalan naik turun itu pasti kampung halaman emak. Yang maniak pesawat jangan lagi ditanya.

Setuju sekali jika dikatakan doodle dapat menjadi sarana pengembangan pribadi anak. Motorik halus anak akan  semakin luwes seiring berkembangnya kualitas coretannya. Imajinasi anak yang semakin kaya dapat dilihat lewat karya. Jangan lupa menyimak celoteh si kecil saat menceritakan isi gambarnya. Sekian cerita hari ini dari doodle versi kakak. Untuk versi adik, doodler-nya belum bisa di-interview.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...