Langsung ke konten utama

Tugas Review Jurnal I (Fitri Hantrini)

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ


Alhamdulillah, setelah melewati jurnal pertama, kami bertemu lagi dengan Mantika untuk persiapan tantangan berikutnya. Kami dibekali tentang Traditional learning Vs Problem based learning. 

Pada traditional learning, kita diberi tahu apa yang harus dilakukan, kemudian kita diminta untuk menghafalkannya, masalah dibuat untuk menyampaikan bagaimana penerapan ilmu yang telah kita hafal tadi. Contoh sederhananya: saat kita sekolah dulu, guru mengajar teori XYZ- murid menghafal- murid diminta mengerjakan ujian. 

Sebaliknya, pada problem based learning kita mulai dari masalah yang kita temui lebih dulu. Setelah itu, melihat apa saja ilmu atau informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi masalah tersebut. Dipelajari dan dipraktikkan untuk menyelesaikan masalah. 

***


Kini saatnya kami menerima tantangan berikutnya: review jurnal milik buddy atau pasangan yang telah ditentukan oleh tim formula Bunda Salihah. Dan pasangan saya adalah mbak FITRI HANTRINI. 😍

Setelah berkenalan dengan beliau di Kamis (08/07), kami sepakat menentukan waktu untuk ngobrol bareng pada siangnya jam 13.00 WIB. Berikut jurnal lengkapnya:




Saya sempat membaca jurnal beliau kemudian membuat resume singkatnya untuk bahan obrolan. Seru sekali membaca identifikasi masalah yang diangkat oleh beliau. Levelnya bukan kaleng-kaleng jika berhasil menyelesaikan problem statement yang dipilih ini. 


Selama satu jam lebih ngobrol, kami saling bertukar pertanyaan, berbagi cerita dan insight seputar tantangan yang kami pilih di jurnal pertama kemarin. Berikut review yang saya buat untuk  mbak Fitri:

Feedback System


Apa yang sudah baik? 
* Secara keseluruhan, mbak Fitri mampu memaparkan identifikasi masalah yang dipilih dengan runut. Saya sebagai orang yang baru mengenal beliau, bisa menangkap poin yang menjadi "problem statement" beliau. 
* Meskipun cakupannya luas, beliau sudah memetakan akar masalah yang menjadi "biang" dan membutuhkan proses penyelesaian setahap demi setahap. 
*Beliau sudah paham kelebihan dan kelemahan yang dimiliki sebelum memutuskan problem statement yang dipilih. 

Apa yang perlu diperbaiki? 
* Karena cakupan problem statement yang cukup besar, saya menyarankan membuat kalimat yang lebih spesifik di kolom "bagaimana saya tahu masalah sudah selesai". Misalnya panen yang bagus -- sekian kilo pada jangka waktu sekian bulan. Step by step mana yang akan dituntaskan, atau timeline. 

Tetapi saat berdiskusi, beliau menjelaskan bahwa timeline pasti dibuat dan sudah ada. Tetapi belum dituangkan dalam jurnal pertama. Saya juga menemukan insight dari beliau bahwa "sukses itu ada pada prosesnya". Artinya dalam bertanam, kita tidak bisa menggantungkan 100% sukses pada hasil/ jumlah panen. Karena Sang Pemilik Kehidupanlah yang menentukan rezeki. Masya Allah, 😍 value IP banget nih. Rezeki itu pasti, kemuliaan yang dicari. 

Apakah problem statement yang telah ditentukan akan diselesaikan? 
* Karena ini masalah nyata yang sedang dihadapi, sudah pasti beliau berusaha menyelesaikan. 
Saya pun yakin beliau bisa, jika dilihat dari proses jatuh bangun usaha yang selama ini sudah dilakukan di masa pandemi. 





Wah.. Habis ngobrol jadi kepo sama Carolina Reaper yang katanya pedas gila, segila harga jualnya! 😆 Sini tak ajakin ngintip wujud cabenya ke YouTube mbak Fitri, langsung klik di sini. Dan ternyata hasil kebun beliau ini dibuat olahannya juga! Penasaran? Coba cek di sini. Semoga berkah terus usahanya ya, Mbak Fitri. Dengan izin Allah, Berkah Maryam akan terus hidup dan bertumbuh. ❤ Barakallahu fiikum. 



Diawinasis M. Sesanti
MLG, 9 Juli 2021




Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang