Langsung ke konten utama

Kreasi Mainan DIY

Kenapa ada satu album khusus di akun FB saya dengan judul "Playtime"???

Terinspirasi dari buku "Rumah Main Anak" (Julia Sarah R) belinya di mbak Novika kakak kelas SMA dulu. Ga usah nanya di mana belinya, udah saya kasih tahu duluan ;-) oke buibu. Ada buku 2-nya, tapi masih masuk waiting list dulu. Semoga besok jadi rejeki.

Baca lagi buku sebelah, "Bunda Sayang" #Memandukemandirian ada poin membuat kreasi mainan. Kreasi mainan apalagi dengan cara daur ulang, meningkatkan nila dari suatu barang. Tambah semangat lah saya.

Ternyata banyak banget yang bisa didapat dari "acara main" ini. Tentu stimulasi tumbuh kembang, dari motorik kasar, motorik halus, kognitif, bahasa, sosio emosi. Tergantung aspek apa dan permainan apa yang kita pilih. 

Karena dunia anak adalah main, maka ini adalah cara terbaik mengasah rasa ingin tahu anak. Membuat mereka merasa bahagia saat menemukan sesuatu. Memupuk imajinasi kreatif mereka terus tumbuh subur. Semua ini didapat tidak hanya saat main tapi lewat proses membuat mainan itu sendiri. 

Seru ya kalau main-main itu ada dokumentasinya. Awalnya nyontek apa yg ada di buku. Lama-lama ngalir sendiri sambil lihat bahan yang ada. Ada masanya kehabisan ide, cukup lihat foto-foto main kemarin diulang, atau nyontek di buku, atau modifikasi apa yang ada.

Bikin mainan itu nagih. Iya, kalau pas lama ga bikin tiba-tiba penasaran nyari tahu yang baru, yang seru, yang murah (ini mah emak bgt). Dan ternyata satu mainan bisa dimainkan dg beragam cara. Dari usia anak yang udah bertambah, pengalaman pernah lihat di buku, pas main di luar, dsb.

Dari karpet kotak-kotak yang biasa buat alas main di playground itu: jadi basket tempat lempar bola, jadi tenda, jadi track lompat lari, dst.

Selamat "bermain"!
#belajarmenulis #griyawistara 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang