Langsung ke konten utama

TANTANGAN 1.9 : Restock Empati

HARI KE SEMBILAN
Diawinasis MS
Malang, 02 Februari 2017

Bismillahirrahmanirrahiim..

Hari ini cuaca di Malang sangat sejuk, dan jadi tantangan tersendiri untuk menyelesaikan tugas domestik di pagi hari. Sempat ngobrol bareng pasangan tentang rencana hari ini, tawaran mudik pun bergulir. Karena beberapa pertimbangan, selain gerimis, LDM saat butuh komitmen membuat family forum, juga “keterbatasan sinyal” jadi tantangan tersendiri jika harus mudik hari ini. Yes, kami sepakat tidak mudik hari ini.

Family forum hari ini ontime setelah sarapan. Apa yang kami bahas? Kami banyak mendengar “konser” dari petugas piket bicara di family forum. Ternyata ada seni tersendiri, kami (orang dewasa) tidak boleh tertawa, tidak boleh menyela, cukup perhatikan (menyimak) agar anak mau mengekspresikan kebolehannya. Dan cukup banyak energi yang tersalurkan pagi ini, selain menyanyi, kami buka-buka file foto lama dan Farza mengomentari tiap foto yang dipilihnya. Ini foto ayah, ini Farza cantik, ini bunda, ini ada monyet gelantung, Farza kemarin main perosotan wuuu.. , dst”. Satu kegiatan yang paling disukai Farza, membolak-balik halaman buku, menyebut nama gambar lalu bernyanyi/bercerita jika ada pengalamannya yang berhubungan dengan gambar tersebut.

Banyak hal yang kami dapatkan saat mendengarkan anak bicara. Alhamdulillah ada yang mulai “kepo” dengan angka. Kami sengaja tidak mengajarkan huruf dan angka di usia anak kami sekarang, kami baru memaparkan dengan buku atau jika pun hafal angka lewat nyanyian.
“Alhamdulillah.. Farza bisa berhitung”. Lebih enak ternyata saat kita jelas memberi pujian. Tidak ambigu kriteria yang dipuji apa. Dan sepertinya saya butuh lebih banyak latihan tentang hal ini.



Setelah itu, Farza minta sesuatu
F: “mau al-qu-an bun, itu yang besar”
B: “di mana?
F: “Itu yang di atas. yang ungu”
B: “Bisa ambil sendiri?”
F: “Ga bisa.  ga nyampe”
B: “Terus?”
F: “Minta tolong…”
B: “silahkan” (mengambilkan mushaf)
F: “terimakasih”
Kami berusaha menerapkan kata “tolong” dan “terimakasih”, alhamdulillah ada banyak sarana pendukung, misalnya buku yang membahas keduanya, juga “kerjasama” semua anggota keluarga untuk menggunakan kata-kata tersebut agar bisa lebih fokus pada apa yang kita inginkan. Biasanya akan lebih mudah membuatnya jadi 55 (Kaidah 7-38-55) saat menambahkan kata maaf, tolong, dan terimakasih karena diucapkan dari hati.

PERUBAHAN KOMUNIKASI DI HARI KE SEMBILAN
√ Spesifik dalam memberikan pujian
√ Kaidah 7-38-55


#hari9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang