Langsung ke konten utama

TANTANGAN 2.5: BERLATIH DI MANA PUN

Diawinasis M.S
Malang, 27 Februari 2017

Meskipun beraktivitas di luar rumah kali ini masih bisa memberi kesempatan ananda untuk berlatih kemandirian. Kali ini membereskan mainan "1 set alat main pasir" dan pasir yang dipakai bermain.

Malang, 26 Februari 2017
Farzana A.W/2y7m/Pr
Fasilitator: Bunda&Ayah
Dokumentasi: Bunda

Alat&Bahan:
1 set alat main pasir
pasir di playground

Narasi:

Setelah sibuk muter-muter naik motor, akhirnya bisa "parkir" di Taman Merbabu. Terik matahari jam 1 siang bisa diabaikan sejenak, memilih tempat di bawah pohon bersiap bermain pasir. Ananda pun berbinar-binar memula aktivitas ini.

Sedari awal bermain diingatkan kesepakatan: "nanti kalau sudah selesai, dibereskan ya?"

Oke, selanjutnya ananda asik menggunakan garuk, sekop, dan cetakan pasir. Membentuk istana, benteng, dan penasaran bentuk-bentuk lain. #fitrahbelajar

Tak beberapa waktu berselang, bapak petugas kebersihan mengingatkan kami: "Permisi, nanti kalau sudah selesai tolong pasirnya diratakan lagi". Wah,alhamdulillah diingatkan pak.. terimakasih. Rupanya tadi bapak ini membersihkan bekas "main pasir" yang ditinggalkan begitu saja oleh pelakunya, tanpa diratakan bahkan ada sisa sampah plastik berserakan.

Setelah bermain, Farza pun memasukkan beberapa mainan yang tidak lagi dipakai. Awalnya agak sulit "menyelesaikan" permainannya, alias tidak mau berhenti. Setelah "negosiasi" akhirnya mau memasukkan semua "peralatan perang" ke wadah. Ananda pun bersemangat sekali ketika ikut meratakan tanah kembali dengan kakinya seperti yang dipesan bapak petugas kebersihan.

Next: bisa divariasikan latihan dibtempat yang berbeda maupun jenis mainan lainnya, namun dengan aturan yang sama: setelah selesai mainan dibereskan.

#Gamelevel2.5
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang