Langsung ke konten utama

TANTANGAN 2.6: LET'S DO IT TOGETHER!

Diawinasis M.S
Malang, 28 Februari 2017

Kesempatan kali ini, kami kembali memberikan kesempatan pada ananda untuk latihan membereskan mainan setelah bermain. Selain itu, kami mencoba memberi kesempatan ananda untuk melakukan beberapa hal sendiri. Kemampuan ini tidak serta-merta bisa, oleh karena itu perlu kesenpatan berlatih lebih banyak.
- Memakai kaos--bunda yang memasangkan lubang kepala, ananda memakai bagian lengan baju sendiri
- Toilet training: bunda memberi tahu cara cebok (tangan kiri ke belakang membersihkan bekas BAB/BAK)

Malang, 27 Februari 2017
Farzana A.W/2y7m/Pr
Fasilitator: Bunda
Dokumentasi: Bunda

#Alat&bahan:
- Mainan boneka jari dan bentuk2 baju/buah dari flanel
- Zipperbag sbg wadah

#Narasi
Ananda mengambil sendiri mainannya setelah sebelumnya bilang ke bunda.
F: "bun, mau main ini"
B: "boleh.. habis main nanti dirapikan lagi ya"
F: "iyaaaa.."

Ananda memasukkan boneka jari ke salah satu jarinya lalu bercerita.. "bun, ada piglet.. piglet punya sekop lalu menanam biji walnut agar menjadi pohon yang besar" (menirukan teks di buku ceritanya). #fitrahbelajar

Kemudian jarinya membentuk tanda peace (menegakkan telunjuk dan jari tengah), ananda baru bisa berlatih motorik halus ini sehingga sering tiba-tiba ditunjukkan. #fitrahfisikdanindera
Dua jari ini kemudian dipasang tokoh piglet dan kelinci kemudian bercakap-cakap. #pretendplay

Saat bunda menemani bermain sambil menggambar, punggung bunda dijadikan "etalase" es krim flanel, ceritanya ananda berpura-pura jualan es krim dan tokoh boneka jari yang membeli.
Selesai bermain, ananda sudah mengambil buku cerita yang akan dibaca. Bunda mengingatkan untuk membereskan mainan, tapi ananda menolak. Memakai jurus lain, bunda mengajak ananda "balapan" memasukkan mainan. Maka ananda pun bersemangat.

#Whatnext: Ananda lebih bersemangat ketika kegiatan membereskan mainan dilakukan bersama-sama. Artinya orang tua(pendamping) masih dibutuhkan sbg teladan oleh ananda.


#Gamelevel2.6
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang