Langsung ke konten utama

Balekambang: Tanah Lot-nya Ngalam

12-12-16
Terakhir ke sini waktu Farza masih di perut. Waktu itu butuh waktu 3 jam buat bisa sampai sini. Kali ini 2 jam sampai lokasi. Kata ayah sih, ini hasil training Ngalam-Nggalek 3 tahun terakhir.

Rame, soalnya pas liburan. Tapi cukup lenggang soalnya ini pantainya paanjaaannnggg dengan pasir putih yang tetap mempesona. Alhamdulillah.. cuaca juga "mebdukung" banget, ga panas, ga hujan.. mendung dan kadang gerimis. Sukaaa.

Main di muara sungai, jadi adegan nyeberang dan basah-basahannya bukan di pantainya. Awalnya ga mau, lama-lama ga mau pulang. Haha

Main pasir bawa cup es krim+sendok dari rumah, main deh. Bikin kue kata Farza. Nyemplung ciprat2 air, "larung" daun2 udah kaya kapal berlayar. Ada yang praktek "jago melempar" juga. Kaya rabbit+lumpy+roo di buku.

*Jalan kaki di pinggir pantai bikin jejak di pasir. Ketemu karang, kerang, kacamata hitam (apa ini?? punya siapa?)

*Karena mantai ga afdhol ga makan ikan, ya sudah kita beli ikan bakar. Maunya mancing, tapi sepertinya kami butuh belajar sama pinguin dulu kalau mau nangkap ikan.

*Topi ga mau lepas pas udah dibeli, awalnya sebelum beli ga mau.

*Ada layang-layang sih, tapi ayah tidak niat beli. Jadi lah bocil cerita "Farza kemarin main layang2 di rumah uti..." --cerita panjang, kode Farza ga berhasil meluluhkan ayah. :-P

*Lihat jembatan, sambil nonton orang terjun seluncur di tali (baca: flying fox).

Ada yang minta main air lagi sih, tapi sudah ganti baju. Waktunya pulang.. dan sepanjang perjalanan pules, sama seperti waktu berangkat. ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang