Langsung ke konten utama

REVIEW GLOBAL MATRIKULAS

_Review Global Matrikulasi IIP batch #2_

*MEMBANGUN KOMUNITAS, MEMBANGUN PERADABAN*

_It takes a Village to raise a CHILD_

_Perlu orang sekampung untuk membesarkan anak_
demikian pepatah dari bangsa Afrika.

Dulu, pendidikan dimaknai, dipahami dan dijalankan oleh para keluarga dan komunitas secara berjamaah. Pendidikan adalah sebuah keniscayaan untuk membentuk komunitas yang lebih baik, demikian juga sebaliknya, komunitas memerlukan pendidikan untuk mengangkat derajat posisi peran personal dan komunal yang lebih baik di muka bumi ini serta memuliakan kearifan dan akhlak yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.

Pendidikan bukan lahir karena adanya komunitas atau masyarakat, justru pendidikanlah yang melahirkan komunitas dan peradaban.

Pendidikan adalah tanggung jawab keluarga dan komunitas, karena keluarga dan komunitaslah yang paling paham peran yang paling bermanfaat untuk dirinya, yang paling tahu sisi kekuatan dan kelemahan dirinya.

Maka sudah saatnya kita mengembalikan keluarga dan komunitas yang kita bangun sebagai sentra pendidikan peradaban. Karena sesungguhnya peradaban adalah milik keluarga dan komunitas, karena di dalamnya akan muncul karya peradaban dan generasi peradaban yaitu anak-anak kita.

*TAHAPAN MEMBANGUN PERADABAN DALAM KOMUNITAS*

Membangun peradaban di komunitas bisa dijalankan seiring dengan membangun peradaban pada diri kita sendiri dan membangun peradaban di keluarga. Mari kita lihat bersama:

a. Setiap manusia memiliki *MISI INDIVIDUAL*

Setiap manusia dilahirkan dengan karakteristik yang unik, maka tugas dan peran yang akan dijalaninya di muka bumi ini juga pasti unik.

b. Setiap keluarga memiliki *MISI KELUARGA*

Misi keluarga bisa jadi misi bersama yang menjadi kekhasan setiap keluarga. Misi keluarga ini bisa jadi kombinasi dari sifat keunikan ayah, ibu dan anak. Atau bisa juga karena ada dominasi sifat yang mewarnai kekhasan keluarga. Di titik ini kita paham, apa rahasia besar Allah mempertemukan kita  ( suami dan anak-anak) dalam satu keluarga.

c. Setiap komunitas memiliki *MISI PERADABAN*

_Burung yang berbulu sama pasti akan saling bertemu_

Inilah mungkin yang menyebabkan kita bisa berkumpul di komunitas Ibu Profesional, belum pernah saling ketemu muka, tapi rasanya sudah satu chemistry, karena sebenarnya kita sedang membawa misi peradaban yang sama. Yaitu membangun Rahmat bagi semesta alam lewat dunia pendidikan anak dan keluarga.

*VALUES KOMUNITAS*

Values komunitas adalah *BERBAGI dan MELAYANI_*
bukan MENUNTUT,

maka :
a. Mulailah dari diri kita,
b. Berbagi apa yang kita miliki
c. Satu alasan kuat karena anda ingin melayani komunitas, bukan untuk mencari popularitas, atau bahkan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri.

*TAAT ASAS*

Kemudian tahap berikutnya adalah pahami, komunitas Ibu Profesional ini hadir dan berkembang di Indonesia. Dimana asas kebangsaan yang dianut di Indonesia adalah asas BHINNEKA TUNGGAL IKA. Sebagai warga negara yang baik kita perlu TAAT ASAS. Maka pahamilah bahwa kita ini adalah *BERAGAM*

Perbedaan itu akan menjadi rahmat, maka berjalanlah secara

_HARMONI dalam KEBERAGAMAN_

*GERAK dan KEBERMANFAATAN*

Jangan khawatr dengan jumlah, karena banyak dan sedikit itu tidak penting, yang penting adalah *_GERAK ANDA_*dan *_ASAS KEBERMANFAATAN_* kita bagi sesama.
Pakailah prinsip sebagai berikut :

_Andaikata ada 1000 ibu yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka salah satunya adalah_ *SAYA*

_Andaikata ada 100 ibu yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga maka salah satunya_ *pasti SAYA*

_Andaikata hanya ada 1 ibu saja yang mau memperjuangkan peradaban melalui pendidikan anak dan keluarga_  maka *ITULAH SAYA*

Rumah adalah miniatur peradaban, bila potensi fitrah-fitrah baik bisa ditumbuhsuburkan, dimuliakan dari dalam rumah-rumah kita, maka secara kolektif akan menjadi baik dan mulialah peradaban.

Selamat membangun komunitas, membangun peradaban,

Selamat bergabung di komunitas Ibu Profesional.

dan bersiaplah menjadi Ibu Kebanggaan Keluarga

Salam,

/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

_Sumber Bacaan_ :

_Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Radja Grafindo, 2000_

_Harry Santoso dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2015_

_Ibu Profesional, Membangun Komunitas, Materi Perkuliahan IIP, 2015_

***

Link Video IIP, Membangun Komunitas, Membangun Peradaban

https://www.youtube.com/watch?v=mSz18xTNtGA&t=111s

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...