_Institut Ibu Profesional_
_Kelas Bunda Sayang sesi #7_
*SEMUA ANAK ADALAH BINTANG*
Anak-anak yang terlahir ke dunia merupakan anak-anak pilihan, para juara yang membawa bintangnya masing-masing sejak lahir. Namun setelah mereka lahir, kita, orang dewasa yang diamanahi menjaganya, justru lebih sering “membanding-bandingkan” pribadi anak ini dengan pribadi anak yang lain.
*BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN*
Jadi kalimat yang harus sering anda keluarkan adalah,
✅ “ *Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?*"
bukan dengan kalimat
❌ “Mengapa kamu tidak seperti si A, yang nilai raportnya selalu bagus?”
❌ ”Mengapa kamu tidak seperti adikmu?”
Kita, orang dewasa yang dipercaya untuk melejitkan “ _mental jawara_” anak, justru lebih sering memperlakukan mereka menjadi anak rata-rata, yang harus sama dengan yang lainnya.
*MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH*
_Ikan itu jago berenang, jangan habiskan hari-harinya dengan belajar terbang dan berharap terbangnya sepintar burung_
Seringkali kalau ada anak-anak yang tidak menyukai matematika, kita paksakan anak untuk ikut pelajaran tambahan matematika agar nilainya sama dengan anak-anak yang sangat menyukai matematika. Ini namanya meratakan lembah. Anak akan menjadi anak yang rata-rata.
_Burung itu jago terbang, apabila sebagian besar waktunya habis untuk belajar terbang, maka dalam beberapa waktu ia akan menjadi maestro terbang_
Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.
*ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN*
Kita sebagai orangtua harus sering melakukan “ *_discovering ability_*” agar anak menemukan dirinya, dengan cara mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas.
Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar(enjoy) tak pernah berhenti untuk mengejar kesempurnaan ilmu seberapapun beratnya (easy)dan menjadi hebat di bidangnya (Excellent).
Setelah ketiga hal tersebut di atas tercapai pasti akan muncul produktivitas dan apreasiasi karya di bidangnya (earn).
*ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL*
Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntut ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.
*ANAK-ANAK TERLAHIR HEBAT, KITALAH YANG HARUS SELALU MEMANTASKAN DIRI AGAR SELALU LAYAK DI MATA ALLAH, MEMEGANG AMANAH ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA*
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
📚Sumber bacaan
_Septi Peni Wulandani, Semua Anak adalah Bintang, artikel IIP, 2016_
_Abah Rama, Talents Mapping, Jakarta, 2016_
_Dodik Mariyanto, Belajar Cara Belajar, paparan seminar, 2016_
***
Ulfah Fasil IIP: Bahan referensi video:
1. Bentuk kecerdasan yang berbeda
https://youtu.be/bsJbApZ5GF0
2. Menggugat sistem pendidikan
https://youtu.be/TXqSmNk0aLc
***
🍰 Cemilan Rabu 🍰
*Materi 7*
🌊 *Kemampuan Anak Kita Seluas Samudra*🌊
🎀Dengan meyakini anak kita adalah bintang, maka kita pun yakin kemampuan anak itu seluas samudra. Sayangnya, orangtua, guru sekolah,atau sistem pendidikan lah yang mereduksi atau menyempitkan kemampuan anak hingga samudra itu berubah menjadi selokan-selokan kecil.
🎀Menurut psikologi perkembangan,kemampuan anak yang sangat luas terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu psikoafektif, psikomotorik, dan psikokognitif.
Prof.Dr.Nasution,M.A menjelaskan bahwa kemampuan belajar anak atau peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek kemampuan berikut ini :
1⃣ *Aspek kemampuan afektif*
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat antara lain pada kedisiplinan atau sikap hormat terhadap guru. Aspek afektif ini berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) anak.
2⃣ *Aspek kemampuan psikomotorik*
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Aspek ini menunjukan kemampuan atau keterampilan ( _skill_) anak setelah menerima sebuah pengetahuan.
3⃣ *Aspek kemampuan kognitif*
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan dengan intelegensia (IQ) atau kemampuan berpikir anak. Sejak dahulu,aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Ini dapat dilihat dari metode penilaian pada sekolah- sekolah di negeri kita dewasa ini yang sangat mengedepankan kesempurnaan aspek kognitif.
❤Mestinya, orang tua memandang kemampuan anak dengan landasan paradigma bahwa *kemampuan anak kita seluas samudra*. Artinya, anak memiliki tiga aspek kemampuan, yaitu afektif,psikomotorik,dan kognitif.
💛Jika anak memiliki kekuatan pada salah satu aspek kemampuan tersebut, sudah cukup untuk dikatakan sebagai anak yang MAMPU, PANDAI, PINTAR, atau CERDAS.
Salam Ibu Profesional
/Tim Fasilitator Kelas Bunda Sayang/
🔸Sumber Bacaan:
Munif Chatib, Orangtuanya Manusia: Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak
***
🍎🍏 *Cemilan Rabu* 🍏🍎
*Materi 7 : Semua Anak adalah Bintang*
*Menumbuhkan Fitrah Bakat Anak*
👑 Setiap anak terlahir unik dan membawa peran hidup masing-masing (fitrah bakat).
🌟 Abah Rama Royani, yang mengembangkan _talents mapping_, secara sederhana menyebut fitrah bakat adalah fitur unik, yaitu potensi produktif seseorang, dan dapat dilihat secara sederhana pada aktivitas yang dikerjakan dengan _easy, enjoy, excellent, earn_ (4E).
👨👩👧👦 Tugas orang tua adalah menjadi fasilitator dan partner yang menumbuhkan dan mengapresiasi fitrah yang mereka miliki.
Fitrah anak bisa jadi akan cedera jika orang tua menitipkan mimpi mereka kepada anak-anak mereka. Misalnya, orang tua mengharuskan anak mengikuti jejak orang tua menjadi dokter, memimpikan anak mereka menjadi pegawai negeri karena mendapatkan tunjangan pensiun, dan harapan-harapan yang lain yang sejatinya itu bukan "diri" mereka. Bisa jadi anak-anak tersebut memang hebat dalam bidang tersebut ( _easy_ dan _excellent_), akan tetapi mereka belum _enjoy_ dalam menjalaninya.
🏆 Bakat bukan hanya keistimewaan fisik seperti olahraga, memasak, menari, dsb, akan tetapi bakat juga terkait keistimewaan sifat seperti suka mengatur suka meneliti, suka berkomunikasi, suka memimpin, dan sebagainya.
📝 Usia 0-7 tahun
Bagaimana menemukan bakat anak? Caranya adalah dengan terus mengamati dan mendokumentasikannya. Dalam tahapan usia ini, berikan ragam aktivitas dan wawasan.
🗒 Usia 7-10tahun
Pada tahapan usia ini anak perlu memetakan bakat dan membuat _visioning board_. Serta memperbanyak gagasan dan aktivitas pada klub, proyek maupun _visiting_ agar dapat ditemukan bakatnya ketika usia 10 tahun
💡Usia 10-14 tahun
Usia ini merupakan _golden age_ bagi fitrah bakat karena anak berada pada masa pra-aqilbaligh agar mandiri dan berkarya ketika mereka berusia 14-15 tahun. Untuk membangkitkan fitrah bakatnya adalah dengan disiplin dan konsisten. Bimbing anak agar menemukan bakat yang merupakan panggilan hidupnya dengan magang, belajar bersama maestro atau _projects based talents_.
💫 Usia >15tahun
Diharapkan pada usia ini sudah menemukan peran spesifik peradaban.
⭐ Semua anak adalah bintang, biarkan anak bersinar terang dengan cahaya mereka sendiri. ⭐
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Kelas Bunda Sayang/
Sumber Bacaan:
Fitrah Based Education, 2016, Harry Santosa, Millenial Learning Center_Review
***
Tantangan 10 hari Sesi #7_
_Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional_
*DISCOVERING ABILITY*
Tantangan 10 hari yang sudah bunda lakukan di game level #7, kali ini berjaitan dengan "Discovering Ability".
Dua kata dalam bahasa inggris di atas, apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi panjang yaitu, kemampuan daya jelajah para orangtua dan guru selaku pendidik anak-anak untuk menemukan harta karun potensi-potensi yang ada dalam diri anak-anak.
Ada empat ranah yang sudah dilakukan oleh para Ibu Profesional di kelas bunda sayang ini untuk melakukan proses pencarian potensi kecerdasan anak yaitu :
a. *Ranah intrapersonal (Konsep Diri)*
b. *Ranah Interpersonal (Hubungan dengan sesama)*
c. *Ranah Change Factor (Hubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan)*
d. *Ranah spiritual : (Hubungan dengan Sang PenciptaNya)*
Mari kita bahas satu persatu
1⃣ *Ranah Intrapersonal : KONSEP DIRI ANAK*
Konsep diri pada anak adalah suatu persepsi tentang diri dan kemampuan anak yang merupakan suatu kenyataan bagaimana mereka memandang dan menilai diri mereka sendiri .
Hal ini berpengaruh pada sikap yang mereka tampilkan.
Konsep diri anak terbentuk melalui perasaan anak tentang dirinya sendiri sebagai hasil dari :
a.Interaksi dan pengalaman dengan lingkungan terdekat
b.Kualitas hubungan yang signifikan dengan orangtua dan keluarga terdekat
c.Atribut yang diberikan lingkungan terhadap dirinya.
Langkah-langlah yang wajib dikenalkan oleh orangtua dalam rangka proses mengenal konsep diri anak adalah sbb:
a. *Mengenal Allah dan ciptaanNya*
Anak yang makin mengenal dirinya pasti akan makin mengenal siapa penciptaNya
b. *Dilatih untuk membaca diri*
Dua fase penting dalam hidup anak kita adalah ketika mereka dilahirkan dan ketika mereka menemukan jawaban mengapa mereka dilahirkan. Maka bantu anak-anak untuk meyakinkan dirinya sebagai ciptaan Allah yang terindah dan khalifah di muka bumi ini.
c. *Dilatih untuk membaca alam*
Anak-anak dilatih untuk memahami mengapa mereka ditempatkan Allah di alam dimana mereka tinggal saat ini. Memahami kearifan lokal dimana mereka dibesarkan.
d. *Dilatih membaca jaman*
Anak-anak bukanlah milik kita, mereka adalah milik jamannya. maka didiklah anak-anak kita sesuai jamannya. Mereka akan belajar mengapa mereka dilahirkan di jaman seperti ini dan tantangan jaman apa saja yang harus mereka hadapi.
Bantu anak-anak untuk mempersiapkan dirinya sehingga percaya diri menghadapi jamannya.
e. *Membaca Kehendak Allah*
Anak-anak yang sudah diilatihkan segala macam konsep diri dengan metode Iqra' seperti yang sudah dijelaskan di atas (membaca diri, membaca alam, membaca jaman) maka akan menjadi orang yang ikhlas dengan segala kehendak Allah padanya.
Cara memahami konsep diri di atas akan menguatkan anak di ranah
*IMAN Dan AKHLAK*
Dua hal inilah yang perlu dikuatkan ke anak-anak di ranah konsep diri.
2⃣ *Ranah Interpersonal: HUBUNGAN DENGAN SESAMA*
Setelah anak memahami konsep dirinya dengan baik, saatnya mereka kita latih untuk menguatkan kecerdasan interpersonalnya (hubungan dengan sesama) lewat konsep diri yang sudah didapatkannya dengan menguatkan IMAN dan AKHLAK.
Dengan demikian diharapkan ketika berinteraksi dengan orang lain anak tetap kuat imannya, makin baik akhlaknya, makin mengenal jati dirinya dan tidak mudah terpengaruh.
Dua fase penting dalam hidup seseorang adalah ketika bertemu dengan jodohnya ( jodoh ini bisa pasangan hidup, bisa partner kerja, bisa tetangga, bisa pekerjaan, bisa komunitas dll) dan fase di saat kita menemukan jawaban mengapa kita dipertemukan.
Kecerdasan hubungan dengan sesama ini menjadi hal yang sangat penting bagi anak, karena akan menguatkan peran hidupnya dalam menjaga amanah berikutnya, yaitu amanahnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Ketika sudah masuk usia aqil baligh mau tidak mau anak harus berhubungan dengan orang lain, minimal jodoh hidupnya dan keluarganya.
Dua senjata utama yang perlu dilatihkan ke anak-anak untuk meningkatkan kecerdasan hubungan dengan sesama adalah
*ADAB dan BICARA*
ADAB akan membuka tabir ilmu yang tertutup, BICARA akan memudahkan seseorang untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya.
Untuk itu anak-anak perlu :
a. Belajar berbagai ADAB dalam hidup ini, agar bisa diterima oleh lingkungan dimana mereka akan ditempatkan.
b Belajar mengkomunikasikan semua gagasan dan ilmunya dalam berbagai cara.
3⃣ *Ranah Perubahan: FAKTOR PERUBAHAN*
Sebagai Khalifah di muka bumi ini, salah satu tugas anak-anak ketika aqil baligh nanti adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik terhadap apa yang dipimpinnya. Perubahan itu minimal adalah perubahan pada dirinya sendiri, karena sejatinya semua orang adalah pemimpin untuk dirinya sendiri.
Anak yang sudah paham konsep diri, memiliki kecerdasan berhubungan dengan sesama, akan selalu membandingkan dirinya hari ini dengan dirinya kemarin. Hal ini memicu perubahan pada dirinya sebelum melakukan perubahan pada orang lain.
Seseorang yang sudah bisa memimpin dirinya, membawa perubahan untuk dirinya akan bisa membawa perubahan untuk keluarganya.
Seseorang yang bisa memimpin dirinya dan keluarganya, akan dengan mudah membawa perubahan untuk masyarakat/komunitas sekitarnya.
Dengan pola ini insya Allah kita bisa mengantarkan anak-anak menuju peran peradabannya, mampu memikul kewajiban baik secara individu maupun secara sosial.
4⃣ *Ranah Spiritual : HUBUNGAN dengan PENCIPTANYA*
Ketika anak-anak memahami peran peradabannya di muka bumi ini, maka mereka akan tumbuh menjadi individu yang meletakkan ranah spiritual sebagai yang utama dan pertama dalam kehidupannya. Mereka akan kembali ke fitrah sebagai makhluk spiritual, yaitu makhluk yang pada dasarnya menerima siapa dirinya, mampu menjadi diri sendiri sesuai dengan peran hidup dari penciptaNya, dan mampu menyelaraskan dengan kebenaran yang hakiki.
Spiritualitas yang sesungguhnya adalah kemampuan setiap jiwa untuk hidup selaras dengan Sang Pencipta, hidup sesuai dengan kehendakNya.
Dari penjelasan di atas, Semakin yakin kita bahwa "discovering ability" yang dilakukan orangtua pada anak menjadi hal penting yang harus kita lakukan dalam membersamai anak-anak. Karena hal tersebut tidak hanya berpengaruh dalam peran hidup anak secara individu saja, melainkan sangat berpengaruh terhadap perubahan peradaban umat manusia di saat anak-anak kita aqil baligh dan menjalankan peran kekhalifahannya di muka bumi ini.
_Salam Ibu Profesional_
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
📚 *Sumber Bacaan* :
_Howard Gardner, Multiple Intellegences, ISBN : 9789791208642, 2006_
_Septi Peni Wulandani, Pola Pendidikan di Padepokan Margosari, makalah ilmiah, 2017_MATERI 7 : SEMUA ANAK ADALAH BINTANG
_Institut Ibu Profesional_
_Kelas Bunda Sayang sesi #7_
*SEMUA ANAK ADALAH BINTANG*
Anak-anak yang terlahir ke dunia merupakan anak-anak pilihan, para juara yang membawa bintangnya masing-masing sejak lahir. Namun setelah mereka lahir, kita, orang dewasa yang diamanahi menjaganya, justru lebih sering “membanding-bandingkan” pribadi anak ini dengan pribadi anak yang lain.
*BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN*
Jadi kalimat yang harus sering anda keluarkan adalah,
✅ “ *Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?*"
bukan dengan kalimat
❌ “Mengapa kamu tidak seperti si A, yang nilai raportnya selalu bagus?”
❌ ”Mengapa kamu tidak seperti adikmu?”
Kita, orang dewasa yang dipercaya untuk melejitkan “ _mental jawara_” anak, justru lebih sering memperlakukan mereka menjadi anak rata-rata, yang harus sama dengan yang lainnya.
*MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH*
_Ikan itu jago berenang, jangan habiskan hari-harinya dengan belajar terbang dan berharap terbangnya sepintar burung_
Seringkali kalau ada anak-anak yang tidak menyukai matematika, kita paksakan anak untuk ikut pelajaran tambahan matematika agar nilainya sama dengan anak-anak yang sangat menyukai matematika. Ini namanya meratakan lembah. Anak akan menjadi anak yang rata-rata.
_Burung itu jago terbang, apabila sebagian besar waktunya habis untuk belajar terbang, maka dalam beberapa waktu ia akan menjadi maestro terbang_
Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.
*ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN*
Kita sebagai orangtua harus sering melakukan “ *_discovering ability_*” agar anak menemukan dirinya, dengan cara mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas.
Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar(enjoy) tak pernah berhenti untuk mengejar kesempurnaan ilmu seberapapun beratnya (easy)dan menjadi hebat di bidangnya (Excellent).
Setelah ketiga hal tersebut di atas tercapai pasti akan muncul produktivitas dan apreasiasi karya di bidangnya (earn).
*ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL*
Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntut ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.
*ANAK-ANAK TERLAHIR HEBAT, KITALAH YANG HARUS SELALU MEMANTASKAN DIRI AGAR SELALU LAYAK DI MATA ALLAH, MEMEGANG AMANAH ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA*
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
📚Sumber bacaan
_Septi Peni Wulandani, Semua Anak adalah Bintang, artikel IIP, 2016_
_Abah Rama, Talents Mapping, Jakarta, 2016_
_Dodik Mariyanto, Belajar Cara Belajar, paparan seminar, 2016_
***
Bahan referensi video:
1. Bentuk kecerdasan yang berbeda
https://youtu.be/bsJbApZ5GF0
2. Menggugat sistem pendidikan
https://youtu.be/TXqSmNk0aLc
***
🍰 Cemilan Rabu 🍰
*Materi 7*
🌊 *Kemampuan Anak Kita Seluas Samudra*🌊
🎀Dengan meyakini anak kita adalah bintang, maka kita pun yakin kemampuan anak itu seluas samudra. Sayangnya, orangtua, guru sekolah,atau sistem pendidikan lah yang mereduksi atau menyempitkan kemampuan anak hingga samudra itu berubah menjadi selokan-selokan kecil.
🎀Menurut psikologi perkembangan,kemampuan anak yang sangat luas terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu psikoafektif, psikomotorik, dan psikokognitif.
Prof.Dr.Nasution,M.A menjelaskan bahwa kemampuan belajar anak atau peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek kemampuan berikut ini :
1⃣ *Aspek kemampuan afektif*
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat antara lain pada kedisiplinan atau sikap hormat terhadap guru. Aspek afektif ini berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) anak.
2⃣ *Aspek kemampuan psikomotorik*
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Aspek ini menunjukan kemampuan atau keterampilan ( _skill_) anak setelah menerima sebuah pengetahuan.
3⃣ *Aspek kemampuan kognitif*
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan dengan intelegensia (IQ) atau kemampuan berpikir anak. Sejak dahulu,aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Ini dapat dilihat dari metode penilaian pada sekolah- sekolah di negeri kita dewasa ini yang sangat mengedepankan kesempurnaan aspek kognitif.
❤Mestinya, orang tua memandang kemampuan anak dengan landasan paradigma bahwa *kemampuan anak kita seluas samudra*. Artinya, anak memiliki tiga aspek kemampuan, yaitu afektif,psikomotorik,dan kognitif.
💛Jika anak memiliki kekuatan pada salah satu aspek kemampuan tersebut, sudah cukup untuk dikatakan sebagai anak yang MAMPU, PANDAI, PINTAR, atau CERDAS.
Salam Ibu Profesional
/Tim Fasilitator Kelas Bunda Sayang/
🔸Sumber Bacaan:
Munif Chatib, Orangtuanya Manusia: Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak
***
*Tantangan 10 Hari*
*Level 7*
Periode 17 Agustus - 2 September 2017
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
*_SEMUA ANAK ADALAH BINTANG_*
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
Semua orangtua setuju bahwa anak-anak didesain dengan membawa keunikan tersendiri. Namun seiring berjalannya waktu kadang keyakinan orangtua atas kemampuan anaknya terdistraksi oleh lingkungan sekitar.
Yuk, sama-sama belajar menjadi orangtua yang istimewa dan menjadikan rumah tempat anak-anak menjadi bintang.
Asah kemampuan menjelajah potensi anak-anak. Jelajahi 4 area kehidupannya:
🌟 Ranah hubungan intra personal (konsep diri)
🌟 Ranah hubungan inter personal (hubungan sesama)
🌟 Ranah hubungan dengan change factor (melek perubahan)
🌟 Ranah hubungan dengan Tuhan-nya (melek spiritual)
👪 Bagi anda yang sudah menikah dan mempunyai anak
📌 Amati aktivitas anak yang membuat matanya berbinar-binar dalam kehidupan sehari-hari.
📌 Temukan dan catat kekuatan anak-anak dalam aktivitas tersebut.
📌Ajak ananda membuat proyek terkait kegiatan yang membuatnya berbinar.
👫 Bagi anda yang sudah menikah dan belum mempunyai anak
📌 Catat aktivitas yang membuat anda dan pasangan anda berbinar binar
📌 Ceritakan proses menemukan aktivitas tersebut serta proyek apa saja yang telah dan akan anda lakukan untuk mengasah aktivitas tersebut.
📌Temukan & catat kekuatan anda dan pasangan dalam aktivitas tersebut.
👩💼 Bagi anda yang belum menikah
📌Catat aktivitas yang membuat anda berbinar binar
📌 Ceritakan proses menemukan aktivitas tersebut serta proyek apa saja yang telah dan akan anda lakukan untuk mengasah aktivitas tersebut.
📌Temukan dan catat kekuatan anda dalam setiap aktivitas tersebut.
📌Tulislah rencana project selanjutnya
💻 Bagi anda yang menggunakan blog gunakan label:
✨ Semua anak adalah bintang
✨ IIP
✨ Bunda sayang
📋 Gunakan hashtag
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga
🌟Kirimkan Tugas Tantangannya ke link: bit.ly/Tugas7SemuaAnakBintang
[16/8 16.48] Ulfah Fasil IIP: Saya bahas secara general ya semua pertanyaan diatas & menambahkan sedikit bahasan materi kemarin ada yang kurang.
Oh iya, tugas tantangan ini sebenarnya tentang proses mendorong orang tua/individu utk discovering ability (lihat lg materi ke 7 kemarin)
[16/8 16.50] Ulfah Fasil IIP: Discovering ability itu adalah kemampuan untuk menjelajah potensi anak-anak. Guru dan orang tua hebat adalah mereka yang memiliki discovery ability yang tinggi hingga bisa menemukan potensi tersebunyi anak sekecil debu sekalipun. Jelajahilah di empat area kehidupannya, meliputi: Ranah hubungan intra personal (Konsep diri). Rana hubungan inter personal (hubunga sesama). Ranah hubungan dengan Change Factor(Melek Perubahan). Dan ranah hubungan dengan Tuhan-nya (melek spiritual) .
Jika di empat area ini kita lakukan proses discovery dengan sempurna. Dan terus berupaya menemukan keunggulan anak di ranah tersebut, maka percayalah kita telah berada pada posisi on track dalam mebesarkan anak menuju high impact, yang kelak akan menggetarkan dunia.insya Allah
[16/8 16.51] Ulfah Fasil IIP: Bagaimana cara mengetahui 4 area ranah2 tsb? Ada contohnya kah?
[16/8 16.51] Ulfah Fasil IIP: Misalnya ranah konsep diri itu seperti gambaran anak terhadap dirinya sendiri, punya gambar bagus trus bilang "gambar aku bagus kan, aku pinter yah" itu sudah membentuk konsep diri yang positif. Ini selama masih dibawah 10 tahun belum masuk ke kategori sombong, karena masih masa pembentukan konsep diri.
Ranah hubungan sesama bisa dilihat saat anak berhubungan dengan teman sebaya, anak yang lebih kecil, orang yang lebih besar. Apakah proporsinya pas? Menempatkan posisi sebagai 'yang lebih besar' ketika bermain bersama adik, atau menghormati yang lebih tua.
Ranah change factor ini sudah pada tingkatan yang lebih atas, tapi bisa dilihat pada skala kecil, misalnya air tumpah, basah, bisa membuat orang terpeleset maka tindakannya ialah mengelap dan menyimpan gelas lebih hati2.
Ranah hubungan dengan Tuhannya ini lebih tinggi lagi, ini mirip2 anak mau ujian terus setelah belajar mati2an dia sadar kalau tetap harus pasrah, maka ia akan memperbanyak ibadah.
tinggal disesuaikan dengan usia dan pemahaman anak saja
#tabel
Ini sebagai patokan atau standar atas mbak
Karena bisa jadi kesepakatan tentang prioritas pengasuhan tiap keluarga berbeda2
***
🍎🍏 *Cemilan Rabu* 🍏🍎
*Materi 7 : Semua Anak adalah Bintang*
*Menumbuhkan Fitrah Bakat Anak*
👑 Setiap anak terlahir unik dan membawa peran hidup masing-masing (fitrah bakat).
🌟 Abah Rama Royani, yang mengembangkan _talents mapping_, secara sederhana menyebut fitrah bakat adalah fitur unik, yaitu potensi produktif seseorang, dan dapat dilihat secara sederhana pada aktivitas yang dikerjakan dengan _easy, enjoy, excellent, earn_ (4E).
👨👩👧👦 Tugas orang tua adalah menjadi fasilitator dan partner yang menumbuhkan dan mengapresiasi fitrah yang mereka miliki.
Fitrah anak bisa jadi akan cedera jika orang tua menitipkan mimpi mereka kepada anak-anak mereka. Misalnya, orang tua mengharuskan anak mengikuti jejak orang tua menjadi dokter, memimpikan anak mereka menjadi pegawai negeri karena mendapatkan tunjangan pensiun, dan harapan-harapan yang lain yang sejatinya itu bukan "diri" mereka. Bisa jadi anak-anak tersebut memang hebat dalam bidang tersebut ( _easy_ dan _excellent_), akan tetapi mereka belum _enjoy_ dalam menjalaninya.
🏆 Bakat bukan hanya keistimewaan fisik seperti olahraga, memasak, menari, dsb, akan tetapi bakat juga terkait keistimewaan sifat seperti suka mengatur suka meneliti, suka berkomunikasi, suka memimpin, dan sebagainya.
📝 Usia 0-7 tahun
Bagaimana menemukan bakat anak? Caranya adalah dengan terus mengamati dan mendokumentasikannya. Dalam tahapan usia ini, berikan ragam aktivitas dan wawasan.
🗒 Usia 7-10tahun
Pada tahapan usia ini anak perlu memetakan bakat dan membuat _visioning board_. Serta memperbanyak gagasan dan aktivitas pada klub, proyek maupun _visiting_ agar dapat ditemukan bakatnya ketika usia 10 tahun
💡Usia 10-14 tahun
Usia ini merupakan _golden age_ bagi fitrah bakat karena anak berada pada masa pra-aqilbaligh agar mandiri dan berkarya ketika mereka berusia 14-15 tahun. Untuk membangkitkan fitrah bakatnya adalah dengan disiplin dan konsisten. Bimbing anak agar menemukan bakat yang merupakan panggilan hidupnya dengan magang, belajar bersama maestro atau _projects based talents_.
💫 Usia >15tahun
Diharapkan pada usia ini sudah menemukan peran spesifik peradaban.
⭐ Semua anak adalah bintang, biarkan anak bersinar terang dengan cahaya mereka sendiri. ⭐
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Kelas Bunda Sayang/
Sumber Bacaan:
Fitrah Based Education, 2016, Harry Santosa, Millenial Learning Center
Komentar
Posting Komentar