Langsung ke konten utama

TANTANGAN 8.4

TANTANGAN 8.4
Mlg, 17 September 2017
Diawinasis M. Sesanti & Farzana A.W. (3y2m)

Masih belajar tentang cerdas finansial, setelah menonton video Tayo tiba-tiba ananda bertanya: "Bun, kaos Tayo-nya sudah ada?"
Rupanya ananda ingat lagi keinginannya kemarin. Menjelaskan belajar sabar untuk balita ternyata menjadi tantangan tersendiri. Tetapi alhamdulillah dengan bahasa sederhana, ananda cukup paham bahwa tidak semua hal dapat diwujudkan serta merta saat ini. Ada proses untuk mendapatkan suatu barang. "Ayah kerja dulu, terus beli kaos Tayo", katanya.

Muncul lagi godaan terbesar untuk ananda. "Farza mau baca buku mobil, bun", katanya merengek ingin saat melihat anak lain membeli buku. Karena ananda kemarin ingin kaos tayo, jadi ananda belajar menahan diri untuk tidak membeli buku kali ini. Padahal mah, bundanya juga pengen beli-beli semua. Kita belajar menahan diri ya, Nak. Kita cukupkan yang menjadi kebutuhan, baru memilah untuk keinginan.
#KebutuhanVsKeinginan
***

"Allahumma shoyyiban naafi'an"
Gerimis di ujung kota mengantar kami pulang selepas acara IIP Malang Raya siang tadi. Namun kami menjadi satu-satunya yang memakai mantel setelah sampai di rumah. Begitulah Sang Pemilik Rejeki mengatur, bagian bumi mana yang berhak menerima hujan, mana yang harus bersabar dengan kekeringan beberapa masa. Membuat kami semakin yakin, rejeki itu memang sudah pasti.

Bahwa rejeki itu kadang tidak selalu berwujud materi. Ketika di luar sana ada yang bersusah payah mengumpulkan uang untuk bisa menuntut ilmu, di IIP kami bisa belajar begitu banyak ilmu seputar menjadi IBU sekaligus mempraktekkannya di rumah masing-masing. Hitungannya bukan gratis sama sekali, butuh effort namun tak melulu soal "uang". Maka belajar di Kelas Bunda Sayang saat ini, adalah bentuk "cerdas finansial" bagi saya. Bagaimana tetap memenuhi kebutuhan memperbaiki diri, melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai ibu dengan "budget" yang ramah bagi keluarga kami. Menjadi mulia itu tidak mudah, tidak seperti rejeki yang sudah pasti adanya.
#KonsepRejeki

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang