Langsung ke konten utama

TANTANGAN 8.12

TANTANGAN 8.12
Mlg, 25 September 2017
Diawinasis M. Sesanti & Farzana A.W. (3y2m)

Pagi ini ananda bangun lebih pagi dari biasanya. Saat bunda ganti kostum keluar rumah, si kecil pun tak ketinggalan. "Mau ganti yang baju panjang.", kemudian tak ketinggalan dipilihnya kerudung ungu dan dipakainya sendiri.

Mau kemana kita? Membeli sayur ke bawah. 😂
Pak sayur sudah stand by sejak subuh tadi, tapi bunda biasanya menunggu agak terang agar lebih mudah memilih sayur. Seperti biasa si kecil pasti kepo ikut memilih sayur, "Ini apa bun? Kok tomatnya gini? Belum mateng?", sambil memungut satu tomat hijau. Bunda yang sibuk memilih sayur pun tertawa, itu tomat yang memang dijual hijau. Dan kali ini spesial bagi ananda memilih sayur yang disukainya, terpilihlah brokoli, wortel, dan sawi. Kemudian ananda bunda minta memilih lauk, "Mau ikan lele atau udang?" "hemm.. Ikan lele.", katanya. Tapi di sebelah lele ada mujaer, dan galau lah si anak "kelas tiga". Karena belum hafal nama si ikan (baru suka makannya), dia pun bertanya lagi nama si ikan. "Ikan muja-hir", katanya. Setelah itu semua dihitung, ditambah sule&donat yang juga menjadi jajanan request anak cantik.

Bunda pun membayar total belanjaan ke pak sayur. Nyoba tips bu Ketua nawar dagangan, "Nggak usah ratusan lah.. Dipasin aja". Alhamdulillah Cak Bud ngasih diskon 😁. Dan pagi ini pun si kecil makan lahap, tak ada nasi bersisa di piringnya karena menunya dipilihnya sendiri. Masih berlanjut dengan belajar mewarnai dan cerita tentang ikan.

Termasuk cerdas finansial bagi saya adalah membelanjakan keuangan sesuai kebutuhan. Bukan pelit, bukan juga mubadzir.

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang