Langsung ke konten utama

Tantangan 8.1

TANTANGAN 8.1
Mlg, 14 September 2017
Diawinasis M. Sesanti & Farzana A.W. (3y2m)

Mengajarkan anak untuk cerdas finansial sejak dini ternyata sangat menantang. Tentu menjadi fitrahnya anak-anak suka belajar apa saja, tapi tantangan lebih bagi orangtua bagaimana mewujudkan "teladan" dalam keseharian.

*Belajar menjadi teladan*

Learning by sharing, dengan membawa materi #8 Kelas Bunda Sayang ke family forum. Hingga lahir keinginan untuk bersama memperbaiki manajemen keuangan di Griya Wistara. Cara Allah yang "berbeda" memberikan rizki pada keluarga ini, tentu ada maksud di baliknya. Maka belajar bertanggungjawab atas srbagian rejeki inilah yang pertama kami lakukan sebagai orangtua sebelum bisa mendampingi anak cerdas finansial. Ternyata banyak yang perlu dibenahi, dan pasti tak bisa dilakukan sendiri.

*Belajar konsep rejeki lewat percakapan & pengalaman*

Ananda diam berdiri menunggu bunda selesai berdoa. Tiba-tiba ananda dengan semangat bercerita yang baru dilihatnya dari jendela.
F: "Bun, ada kucing.. Naik naik di genteng"
B: "Mana?"
F: "Itu di luar"
B: "Kucingnya nyari apa? Kok naik-naik?"
F: "Nyari makan.. Emm.. Makannya ikan"
B: "Lho.. Emang ada ikan di genteng?"
F: (tertawa) "Nggak ada.. Adanya tikus.. Terus dimakan kucing"
B: "Kucing makan tikus juga ya?"
F: "Iya.."
B: "Kalau kucing itu siapa yang menciptakan?"
F: "Allah"
B: "Kalau yang memberi rizki sama kucing?"
F: "Allah juga"
B: "Kalau yang memberi rizki sama Farza?"
F: "Hm.. Siapa?"
B: "Allah juga.. Yang ngasih rizki buat Farza, buat ayah, buat bunda.. Jadi kalau berdoa, mintanya sama?"
F: "Allah.."
#asalrejeki

Menemani bunda mengaji, ananda membuka-buka mushaf-nya. Tiba-tiba minta dicarikan surat Al-Ankabut. Karena bunda juga belum hafal letaknya, jadi kami cari bersama. Setelah ketemu, ananda minta dibacakan 1-2 ayat. Belum selesai bunda baca, ananda sudah bercerita tentang laba-laba besar yang ada di rumah uti. Memang ada sarang dan laba-laba besar, orang jawa menyebutnya "mlanding". Tiba-tiba ananda ingat kambingnya yang disembelih di dekat pohon tempat sarang laba-laba tadi.
F: "Farza punya kambing di Nggalek"
B: "Iya, kambingnya udah disembelih ya? Terus dibagi-bagi?"
F: "Iya.. Farza mau kambing lagi"
B: "Kita menabung dulu, insyaAllah nanti dikasih rejeki sama Allah terus beli kambing lagi. Farza suka menabung?"
F: "Suka dong."
B: "Menabungnya di mana?"
F: "Cenglengan stroberi" - kadang ananda benar menyebut celengan, kadang cenglengan. Celengan ini berisi uang koin 100-200an, biasanya ananda suka memasukkan koin-koin kembalian ke dalam celengan.
B: "Kalau udah banyak mau beli apa?"
F: "Beli kue" (sambil mengunyah jajan pasar)
B: "Kan sudah makan kue. Mau beli yang lain? Mau buku atau mainan?"
F: "Buku aja"
B: "Kalau sudah penuh nanti kita buka, dibelikan buku ya?"
#menabung
#penggunaanuang

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang