Langsung ke konten utama

Jurnal Belajar Level #3

"Anak saya kurang di bidang linguistik, dilihat dari hasil psikotesnya anak saya lebih dominan di bidang matematika", cerita salah seorang ayah tentang anaknya.

Kita sering mendengar hal serupa, khawatir dengan anak yang tak pandai matematika, nilainya kurang di bidang akademis, dan keluhan sejenis. Galau saat membandingkan anak sendiri dengan anak-anak orang lain. Padahal setiap anak adalah istimewa, setiap anak dilahirkan atas fitrahnya artinya anak lahir dengan membawa "potensi" masing-masing.

Saat disebut tentang "kecerdasan", masih banyak orangtua di luar sana yang mengaitkan dengan kecerdasan intelektual semata. Mendewakan skor IQ (di atas rata-rata, superior, hingga jenius) agar anaknya dapat mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. Padahal ada bentuk kecerdasan lain yang juga tak kalah penting yaitu kecerdasan emosi (Emotional Quotient), kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient), serta kecerdasan dalam menghadapi tantangan (Adversity Intellegence). Sudahkah kita sudah mengenal jenis-jenis kecerdasan selain kecerdasan intelektual?

Apakah kita (sebagai orangtua) sudah menerapkannya dalam hidup kita sebelum mendampingi anak-anak?

Lewat tantangan di level #3 Kelas Bunda Sayang, keluarga kami belajar bersama lewat "Projek Keluarga". Pada tantangan ini, kami dapat berlatih mempraktekkan komunikasi produktif, melatih kemandirian, dan tentu saja menstimulasi berbagai jenis kecerdasan ananda. Ternyata banyak hal seru kami dapatkan saat "mrojek" bareng keluarga.

#Bingung, kegiatan apa yang akan dilakukan?

Dan kami memilih melakukan hal yang urgent atau hal yang paling mudah/"bisa" dilakukan artinya memakai fasilitas yang ada. Salah satunya saat kami belajar angka dan membilang benda (matematika) memakai daun-daun kering (sampah) di sekitar rumah uti.

#Rencana tak sesuai dengan realita

Tantangan lain saat eksekusi rencana yang telah dibuat, misalnya saat kami merencanakan aktivitas X tetapi ternyata ada acara Y yang harus segera dilakukan. Memasukkan acara Y sebagai projek ternyata bisa dilakukan. Jika kita jeli selalu ada unsur komunikasi produktif, kemandirian, serta melatih kecerdasan anak di dalamnya sehingga rencana yang tertunda dapat dilakukan esok hari.

#Blank, tidak punya ide projek

Saat kita tak punya ide, menyulap aktivitas sehari-hari menjadi projek pun dapat dilakukan. Ternyata tak kalah seru meskipun sekedar membersihkan halaman dari dedaunan kering. Tentu saja tugas untuk ananda disesuaikan dengan kemampuannya.

#Beratnya tantangan menulis

Satu lagi tantangan yaitu konsisten melakukan apresiasi dan "menuliskan" hasil projek keluarga. Dibutuhkan waktu khusus agar "harta karun" keluarga ini tidak hilang begitu saja kemudian menjadi bekal untuk melakukan projek-projek selanjutnya.

Sejak menjawab tantangan kelas bunsay #1 MRJatseLa di bulan Maret 2017, Griya Wistara mulai ketagihan "mrojek". Meskipun sederhana lewat kegiatan sehari-hari dan tidak bernilai uang, tetapi terasa sekali kami bisa lebih bahagia. Tentu saja lebih mudah bagi kami menerapkan mantra bahagia : banyak main, ngobrol, dan beraktivitas bersama lewat projek keluarga ini. Semoga ke depan kami dapat konsisten melakukan kegiatan seru bersama-sama dengan keluarga lewat "family project".

Definisi sukses bisa jadi berbeda-beda bagi setiap keluarga. Namun setiap individu berhak untuk bahagia.

Diawinasis M Sesanti
Mlg, 26 Januari 2018

#JurnalBelajarLevel3
#KuliahBunsayIIP
#FamilyProject

#InfoDoodle

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang