Langsung ke konten utama

TANTANGAN 11.3 Fitrah Seksualitas & Fitrah Individualitas

Tantangan 11.3
Diawinasis M Sesanti
Mlg, 07 Januari 2018

Bismillahirrahmanirrahiim
Semakin hari, semakin banyak ilmu baru lewat "learning by teaching" dari tiap kelompok. Kemarin dari kelompok 2 yang menyajikan hidangan istimewa. Masih di materi 11 kelas bunsay tentang membangkitkan fitrah seksualitas.

"Setiap anak adalah unik dan istimewa."

Seolah diingatkan lagi, bahwa setiap anak akan melewati cara yang beragam dalam melewati tiap tahapan fitrah seksualitasnya. Maka mendampingi ananda di tahap pra latih 3-6 tahun ini, kami berusaha membangkitkan fitrah seksualitas ananda bersanding dengan menyemai fitrah individualnya (masa egosentris) agar dapat tumbuh paripurna. Dimulai dari hal sederhana, bagaimana orangtua bersedia untuk memberi ruang atas pilihan-pilihan yang dibuat ananda sendiri. Tentu saja, penting sekali mendukung ananda percaya diri untuk mengatakan "Aku Perempuan", sekaligus memupuk konsepsi berperilaku sebagai perempuan.

Misalnya saat memilih dan memakai pakaian sendiri, tentu kami orangtua memberi fasilitas pakaian yang sesuai dengan gender ananda yaitu perempuan. Bagaimana memilih baju saat di rumah, lebih longgar dan boleh memakai lengan pendek. Namun saat pergi keluar rumah diberi pilihan baju panjang yang lebih tertutup. Meskipun ananda perempuan, kami bersepakat belum mewajibkan memakai jilbab karena masih di tahap pra latih. Sehingga saat ananda memilih "pakai jaket aja", atau "pakai helm aja.. Nggak pakai kerudung", kami masih ijinkan. Dan tentu saja kami mendukung ketika di lain kesempatan ananda memilih sendiri kerudung di laci dan memakainya.

Masih menjadi PR bagi kami, orangtua untuk terus bertumbuh mendampingi ananda. Semoga Allah kuatkan, mengantar anak-anak menjadi generasi akil baligh dan menjemput peran hidupnya kelak.

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...