Langsung ke konten utama

TANTANGAN 11.5 Apa Yang Perlu Dilakukan?

Tantangan 11.5
Diawinasis M Sesanti
Mlg, 09 Januari 2018

Bismillahirrahmanirrahiim.
Belajar dengan kelompok 4 kali ini tak kalah istimewa. Disajikan tantangan seputar gender, baik dari sisi orangtua sendiri yang butuh upgrade ilmu tentang fitrah seksualitas, lingkungan masyarakat, ditambah media dan dunia hiburan yang memberi tontonan yang tidak selaras dengan value keluarga.

Itulah mengapa, membangkitkan fitrah seksualitas menjadi hal yang urgent di setiap keluarga. Di kelompok ini disebutkan satu per satu panduan tentang tahapan per usia dalam membangkitkan fitrah seksualitas.

Menarik sekali mencoba memeriksa apa yang sudah kami lakukan di rumah, mana yang belum di tahap pra latih ini.

3-6 TAHUN (pra latih)

APA YANG TERJADI
Identitas gender anak mulai berkembang
Anak mulai memahami makna: “Saya laki-laki” atau “Saya perempuan”
Eksplorasi anggota tubuh dengan teman bermain (main dokter-dokteran)
Anak suka menyentuh organ genital mereka

APA YANG HARUS DILAKUKAN
Dekatkan anak dengan AYAH dan BUNDA ✔
Kenalkan rasa malu✔
Kenalkan aurat perempuan dan laki-laki, dan perasaan malu saat aurat terlihat✔
Ajarkan bersuci ✔
Latih toilet training, minta ijin saat hendak memegang organ vitalnya✔
Berpakaian sesuai gender✔
Aksesoris sesuai untuk anak perempuan atau laki-laki✔
Bermain peran sesuai gender
Pastikan anak mengambil peran sesuai gendernya
Kenalkan gender keluarga✔
Kenalkan gender keluarga, mana laki-laki mana perempuan✔
Latih anak berkata ‘tidak’, beri batasan bagian pribadi anak✔
Ajarkan sentuhan boleh dan tak boleh✔
Pelukan Ayah dan Bunda adalah boleh tapi menyentuh bagian pribadi dan tidak diinginkan tidak boleh✔

Hampir semua sudah dilakukan, tinggal melanjutkan dan konsisten menjalankannya sehari-hari. Bermain peran sepertinya akan menjadi aktivitas yang menarik untuk dilakukan bersama ananda.

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang