Langsung ke konten utama

TANTANGAN 11.13 Apa Yang Dilakukan?

Tantangan 11.13
Diawinasis M Sesanti
Mlg, 17 Januar 2018

Bismillahirrahmanirrahiim.
Dan kali ini kami belajar lagi, mencoba mengulik indikator fitrah seksualitas anak di usia 3-6 tahun.

Dekatkan dengan ayah dan ibu : Insya Allah sudah dilakukan, tinggal istiqomah menjalankan.

Kenalkan gender keluarga : sejauh ini ananda sudah paham jika ayah laki-laki, bunda perempuan, serta beberapa tugas ayah dan bunda sebagai pembeda peran gender masing-masing. "Bunda perempuan..", katanya tadi sebelum tidur siang.

Kenalkan aurat? laki-laki dan perempuan serta rasa malu : untuk saat ini, yang kami lakukan lebih pada contoh sehingga ananda paham lewat melihat langsung. Misal saat ayah ganti baju, ananda dan bunda keluar kamar karen malu begitu juga saat ananda ganti baju biasanya akan meminta ayah keluar "Ayah malu lhoo..".

Mengajarkan bersuci : ini salah satu komitmen kami sehubungan dengan toilet training. Bukan sekedar tidak lagi ngompol, tapi tentang buang hajat pada tempatnya serta nanti diharapkan ananda bisa bersuci dengan benar. Saat ini masih dengan bantuan, tentu saja komunikasi menjadi kunci keberhasilannya.

Pelukan dari ayah dan bunda, tidak boleh menyentuh bagian pribadi : salah satu bentuk menjaga kehormatan anak, adalah membatasi sentuhan-sentuhan yang tidak perlu. Ananda sendiri merasa risih ketika gelitikan di pinggang, apalagi saat bajunya tersingkap.

Berpakaian dan bermain peran sesuai gender: Untuk yang ini, meskipun tidak selalu rok gamis, tapi kami usahakan dengan memfasilitasi baju yang sesuai gendernya.

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...