Langsung ke konten utama

TANTANGAN 11.7 Ada banyak Cara Belajar

Tantangan 11.7
Diawinasis M Sesanti
Mlg, 11 Januari 2018

Bismillahirrahmanirrahiim.
Benar kiranya jika belajar punya berbagai cara, lewat membaca, lewat berbagi, lewat mengajar. Alhamdulillah bisa menjadi bagian dari kelompok 7 untuk belajar bersama teman-teman di kelas Bunda Sayang #1 MRJatseLa malam ini. Belajar dengan cara ini membuka wawasan dan tentu saja belajar tidak mandeg menerima dari fasilitator, kita akan terus belajar dan mencari mengejar rasa ingin tahu yang tak ada henti.

Jika kelompok sebelum-sebelumnya sudah menyajikan banyak ilmu dari berbagai sumber. Kami kali ini mereview sedikit pemahaman tentang fitrah seksualitas. Seminggu berturut-turut membahas tema yang sama, tentu semua sudah paham dan tinggal mempraktekkan di rumah masing-masing.

Tapi tetap saja ada yang baru dan tak kalah seru saat sampai pada sesi diskusi kelompok. Tantangan seputar gender, peterpan dan cinderella complex yaitu keadaan orang yang bertubuh dewasa namun masih berjiwa anak-anak. Tidak mandiri, minta dilayani, dan menolak menjadi pribadi yang dewasa sesuai usianya. Teringat akan cerita ustadz Harry, tentang seorang lulusan S2 dengan pekerjaan mapan namun gajinya selalu habis di pertengahan bulan, sisanya orangtuanya yang memenuhi kebutuhannya. Menikah? Tentu saja tidak mampu menjadi leader bagi keluarganya, karena terjadi penyimpangan fitrah keayahan di sini. Begitu pula dengan kisah cinderella complex, wanita yang kawin cerai berkali-kali. Usut punya usut ternyata dia tidak mampu menjalankan perannya sebagai perempuan dewasa, alias penyimpanan fitrah kebundaan. Dari sini kita belajar, betapa pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas membentuk generasi akil baligh dan memenuhi peran keayah bundaan.

Tak berhenti soal ini, diakusi masih mengalir soal budaya Eropa yang memakaikan baju yang sama pada anak laki-laki dan perempuan sebelum usia 7 tahun. Perbedaan budaya, agama, dan zaman memang menjadi pembeda dalam mengajarkan pendidikan seksual. Maka memgembalikan pada value di keluarga masing-masing menjadi solusi. Misal membedakan baju anak laki-laki dan perempuan dilakukan sejak lahir, meskipun biasanya baju bayi newborn cenderung mirip. Bisa disiasati dengan memilih warna yang sesuai dengan gendernya.

Bagaimana dengan anak yang berhadapan dengan value yang berbeda, antara di sekolah dan keluarga. Kebetulan mereka tinggal di lingkunga  luar negeri yang cenderung menerima penyimpangan fitrah seksualitas, sementara keluarganya tidak mendukung. Jika si anak sudah remaja, berdialog menjadi satu jalan untuk menyamakan FoR dan FoE dalam keluarga. Mengingatkan diri, betapa pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas namun juga dibarengi fitrah individual serta fitrah keimanan agar bisa tetap tegar berdiri pada al haq.

Banyak sekali yang dapat dipelajari hari ini. Termasuk saat beraktivitas bersama all team Griya Wistara. Saat ananda menyemai fitrah individualnya, yakin menyampaikan pilihannya. Baik tentang baju, tentang teman main, tentang camilan, menu makanan, dsb. Menerima pilihan ananda menjadi satu PR besar di masa emas fitrah individualnya. Semoga kami selalu ingat tentang "semua boleh kecuali yang dilarang", memberi ruang pada ananda mengeksplorasi masa egosentrisnya. Semoga nanti Allah kuatkan ia untuk tetap pada al-Haq. Aamiin

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang