Langsung ke konten utama

TANTANGAN 11.4 Sex Vs Gender

Tantangan 11.4
Diawinasis M Sesanti
Mlg, 08 Januari 2018

Bismillahirrahmanirrahiim.
Kelas kemarin kembali "hidup" dengan persembahan kelompok 3, mengangkat tema *Sex Vs Gender*. Membedakan keduanya, memberi penguatan tentang pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas anak-anak kita. Bahwa seks itu bersifat nature, bawaan, tak bisa diubah. Sedangkan gender berkaitan dengan budaya atau nurture (diajarkan) sehingga sangat mungkin berubah di setiap zaman dan tempat.

Maka semakin ke sini semakin pudar mengkotak-kotakkan pekerjaan yang bersifat laki-laki dan perempuan. Banyak chef, desainer, serta ranah yang sebelumnya "feminim" banget kini banyak diisi oleh profesional berjenis kelamin laki-laki. Dan sebaliknya, perempuan pun tak mau kalah mengisi jenis pekerjaan teknik, hingga leader di berbagai lembaga. Semua dapat memenuhi berbagai ranah serta mempelajari lifeskill yang memang dibutuhkan dalam kehidupan.

Namun sekali lagi, kita perlu menengok peran-peran fitrah keayahan bagi laki-laki serta fitrah kebundaan bagi perempuan. Jangan sampai suplay maskulinitas dari ayah tak bisa terpenuhi, begitu pun suplay feminitas dari ibu. Karena keduanya dibutuhkan baik oleh anak laki-laki maupun perempuan, dengan prosentase yang berbeda tentunya.

Dan fitrah itu adalah potensi yang sudah bawaan lahir, membangkitkan sesuatu yang sudah ter-install menjadi PR kami orangtua. Di luar sana tantangan berkaitan fitrah seksualitas tak main-main, maka menguatkan pondasi dari rumah satu-satunya pilihan.

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang