Langsung ke konten utama

Persiapan (1) 210317

Diawinasis M. S.
21 Maret 2017
Persiapan Projek Keluarga

FAMILY FORUM menjadi lebih seru dengan membahas materi ke 3 Bunsay kali ini. Ayah-Bunda-Farza jadi lebih berbinar, bahkan ananda menarik anggota keluarga lain untuk tetap duduk "ayo ngoblol aja" tidak melakukan kegiatan lain. Nah, tantangan kali ini akan menjadi lebih Wow ketika ayah sedang full jadwal di kantor, sementara bunda-Farza berencana untuk mudik ke Trenggalek. Jadi tambah mikir, projek apa yaaa yang bisa dilakukan saat LDR??? Selain itu akan ada tantangan lain, yaitu keterbatasan sinyal.

Ayah bunda lalu mulai mengupas satu-satu komponen Projek Keuarga. Nah.. Ini dia yang kami butuhkan, ilmunya untuk membuat sesuatu bersama. Jadi tahu deh, kenapa projek sebelumnya mangkrak. Fiuuhh.. Tarik nafas panjang, optimis restart lagi.

* Hometown-Silaturahim

Memanfaatkan moment mudik, kami sepakat melakukan projek keluarga di saat mudik. Lalu apa yang akan dilakukan??? Hal sederhana yang insya Allah berkesan untuk kami. [Gambar 10.jpg]

Fokus pada komponen Projek Keluarga, kami mencoba menggaris bawahi beberapa poin:

1. Sasaran:

- Bertemu / Silaturahim dengan saudara (beragam orang dan acara) untuk dapat saling berbagi (pengalaman, wawasan, dsb)
- Mengulang/mengenalkan ananda pada berbagai aktivitas silaturahim, utamanya saat bertemu orang baru
- Stimulasi komunikasi produktif-kemandirian-kecerdasan ananda

2. Sarana
- Alat: memanfaatkan yang ada,  catatan dan alat dokumentasi
- Bahan: memanfaatkan yang ada di sekitar
- Dana: untuk transportasi dan bingkisan

3. SDM
- Penanggungjawab: Ayah- Bunda
- Pelaksana : Bunda-Farza

4. Waktu:
- Jadwal: Rabu-Senin (22-27 Maret 2017)
- Durasi: Menyesuaikan

5. Nama Projek
Tema Besar: SILATURAHIM Sambil mengidentifikasi kegiatan spesifik apa yang dapat dilakukan saat sudah sampai di sana.

***
#Persiapan1
#TantanganHari
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang