Langsung ke konten utama

TANTANGAN 3.6: SHARING IS WONDERFUL

Diawinasis M. S
28 Maret 2017
TANTANGAN 10 HARI 3.6

Rencana awal,  projek hometown silaturahim ini selesai kemarin tapi rencana berubah ketika kakung uti ada acara keluar kota hari ini,  jadi sekalian jadi satpam alias jaga rumah. 

Baiklah.. Mari kita hadapi Challenge beberes sekaligus siap2 "back to reality" besok.  Beberes ini sudah mulai nyicil dari kemarin,  berhasil menata mainan Farza. Ceritanya rak gantung sepatu tidak dipakai, jadi bunda manfaatkan untuk menyimpan mainan.

Ini projek beberes bareng Farza (2y8m)??! Pertanyaan yang bagus, maka saya jawab iya. Bantu mengingatkan farza kalau punya mainan lama ini itu,  jadi dibuat main dulu sebelum masuk tempat penyimpanan.. Hahaha.

Yang bahagia itu menata lemari,  setelah bercampur gamis-rok-kemeja,  dsb. Sekarang sudah mendingan ikut barisan masing-masing. Meskipun belum sampai level konmari (padahal aslinya belum belajar),  tapi agak legaa saat beberapa potong baju yang masih oke diadopsi saudara yang membutuhkan (baca: ukurannya tidak membawa bahagia di badan saya) wkwkwk.

Apakah proses bersiap-siap lancar??? Rupanya tantangan hari ini cukup W-O-W.  Ananda punya banyak teman main karena hari ini hari libur. Sedari pagi ngikut anak-anak main sepeda, main bola, nonton main volley,  ngikut mbak-mbak manjat pohon kersen, dan segala aktivitas yang menghabiskan waktu dari pagi sampai sore. Jadilah projek prepare barang-barang jadi mangkrak.  But its oke...  Belanja pengalaman ga selalu datang dua kali.  Ternyata anak kami sudah besaar.
#fitrahbelajar #fitrahperkembangan #fitrahfisikdanindera #IQ #SQ #EQ #AQ #melatihkemandirian #komunikasiproduktif

Yang sudah oke:
-Berhasil beberes mainan+baju di lemari
-Berbagi beberapa pakaian layak pakai yang sudah tidak muat/jarang dipakai
-Belanja pengalaman ananda dengan bermain bersama anak-anak lain

What Next???
Projek "Back to Reality"

#TantanganHari6
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang