Langsung ke konten utama

Aku Bisa!

Bismillahirrahmanirrahiim

Ramadhan hari ketiga & keempat sudah terlewati. Kakak masih puasa? Alhamdulillah, hari ketiga kembali semangat mencoba bertahan sampai dhuhur. Saat mendengar adzan Dhuhur auto minta buka puasa. Dan hari ke-empat kembali on fire puasa sampai maghrib tiba. Selamat kakak, semoga istiqomah. Kakak yang latihan puasa, sementara adik sedang banyak makannya. Alhamdulillah.


Sahur & Buka Puasa Ramadhan hari ke-4

Oiya, kakak juga semakin rajin sholat 5 waktu. Bunda buatkan papan bintang agar kakak bisa melihat& mencatat sendiri apa yang telah dilakukannya. Tidak ada perjanjian akan mendapatkan apa, tapi sepertinya akan lebih seru jika ayah-bunda mulai memikirkan kejutan untuk kakak yang sangat bersemangat di Ramadhan kali ini.

#achiever #focus


Sholat Ashar-nya tanpa foto

Karena tugas dari sekolah lebih banyak pembiasaan hal baik, kakak punya ide main sendiri. Seperti kipas dari kertas lipat (4 buah, tiap anggota keluarga @1). Kipas yang dibuatnya berupa kertas lipat segiempat dengan tangkai kertas lipat yang digulung kemudian ditempel. Ada lagi bentuk hati, pesawat, es krim yang digambar-gunting-tempel di dinding memakai double tape. Jangan lupa dengan track mobil-mobilan yang selalu update, kadang memakai kertas, kadang pensil warna, keranjang, buku, atau apa saja kreasinya.

#ideation #activator

Adik sudah semakin hafal dengan warna-warna (identifikasi+melabel). Matching hewan di kartu pandu 45 dan hewan di buku dongeng/buku hewan-hewan dalam Al-Quran. Saat ada yang diinginkan, adik berani untuk protes ke kakak/bunda sampai tercapai tujuannya. Banyak aksi yang ditunjukkan adik saat berkumpul bersama anggota keluarga. Semakin banyak kosakata baru,
"Main gelembung sabun kaya Emo sama semut" (buku dongeng pandu 45).
"Oyong-oyong cali akan" (Gotong royong mencari makan--lirik backsound tari semut).
"Adik tun" katanya saat ditanya namanya (Farizatun).
#communication #positivity

Griya Wistara,
Mlg, 27-04-2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang