Langsung ke konten utama

Jurnal 3.3 : Luangkan Waktu untuk Menghapus Gunungan Baju

Alhamdulillah, bersyukur sekali melewati puasa pekan ketiga dengan bahagia.

Sekitar satu bulan ini saya diet jasa laundry, selain untuk mengurangi keluar rumah juga mengurangi pengeluaran. Alhamdulillah ada banyak waktu saat orang rumah sekolah & bekerja dari rumah. Jadilah urusan laundry menjadi sesuatu yang penting & mendesak, jika ditunda semakin menumpuk.

Tantangan Puasa Pekan Ketigaku: PUASA DARI TUMPUKAN BAJU!

Nah, karena saya bukan orang yang suka dan bisa di ranah ini. Jadi saya memakai jurus pomodoro, 25 menitan untuk menyelesaikan PR seputar cucian: mencuci, jemur, angkat, lipat, setrika. Hasilnya alhamdulillaah sepekan ini hanya sekali terjadi penumpukan cucian kering. Semoga besok - besok tidak diulang lagi. Meskipun sama sekali tidak menyentuh setrikaan, mungkin perlu dikaji ulang kebutuhan menyetrika ini.

Alhamdulillah hasilnya cukup baik, meskipun di akhir sempat skip turun skor.

Kurang lebih ini proses puasa pekan ketiga sepekan kemarin, sempat ada yang ga kefoto, hehehe..  Pikiran kemana-mana kebanyakan PR.

Intinya saya baahagia meskipun belum maksimal. Seriusan tumpukan cucian itu merusak mood, jadi ketika berhasil memindahkan baju terlipat masuk lemari seperti mengandangkan mood agar kembali ke jalan yang benar.

Salah satu cara saya mengukur kadar stres adalah melihat tumpukan cucian. Artinya semakin berantakan tumpukan cucian kotor/kering berarti mood saya pun tidak baik.

Alhamdulillah saya pikir memberi sepotong waktu (tidak perlu banyak) sangat efektif menyelesaikan PR seputar laundry ini. Hasilnya: alhamdulillah saya bisa melakukan banyak hal produktif seputar hal yang saya suka.

Catatan seputar puasa pekan ketiga:

One bite at a time,
Sepotong waktu untuk menyelesaikan tugas sedikit demi sedikit.

Jangan menunda,
Hasilnya baru terasa saat sudah menumpuk. Waktu untuk menyelesaikan tugas pun menjadi panjang.

Pertama masukkan batu besar ke wadah,
Tugas prioritas bisa berubah, tetapi pastikan yang prioritas memiliki posisi paling pertama masuk kandang waktu agar cukup tempat untuk semua tugas.

Diawinasis M Sesanti
IP Malang Raya
Mlg, 17-04-2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...