Langsung ke konten utama

Alir Rasa Tahap Kepompong

Bismillahirrahmanirrahiim,

Akhirnya winisuda dadi kupu-kupu. Artinya kami telah berhasil melewati 30 hari tahap kepompong yang nano-nano. Tahap being, setelah learning gila-gilaan di masa ulat-ulat. Masa kontemplasi, setelah banyak bertemu guru, teman belajar, buddy, dan banyak sekali sumber ilmu. Dan pas banget, qadarullah bersamaan dengan masa krisis akibat covid-19 yang mengharuskan untuk bertapa #dirumahaja.

Tantangan 30 hari.
Puasa kepompong.
Krisis Covid-19, anak belajar di rumah.
Duo Wistara demam bergantian, adik kena cacar air.
PR Desain GASS.
Orientasi Komunitas IP.
Mini Project Warnai Bahagiamu.

Puasa Kepompong

Tantangan 30 Hari


Puasa kepompong yang sudah saya lakukan adalah puasa dari bacaan online (pekan 1-2) dan puasa dari tumpukan cucian (pekan 3-4). Tentu saja pakai ilmu manajemen waktu yang sempat didapat di tahap ulat. Alhamdulillah terasa sekali T30 seputar (pandu 45) sangat terbantu dengan puasa kepompong ini. Berkegiatan bareng anak jadi solusi anak belajar di rumah, catatan di blog sebagai cara mengikat hal baik dan sifat unik anak, review singkat tentang insight yang didapat, doodle bahasa bakat untuk belajar nama bahasa bakat.

Printable bahasa bakat (belum selesai sebenarnya) bisa diunduh di sini. Kejutan spesial untuk pembaca alir rasa ini.

Meskipun badge-nya warna warni, artinya komitmen dan konsistensi saya masih belum 100% di tahap ini. Setoran 30 hari lengkap alhamdulillah, meskipun belum bisa berturut-turut tetapi saya merasa sangat bahagia dengan proses belajar ini.

Badge Kupu-kupu (Puasa Kepompong)

Badge Kepompong Orange (T30 lengkap 30 hari meski tidak berturut-turut)

Semangat sempat naik turun, sehari dua hari merasa burnout tetapi kembali lagi sadar bahwa proses ini belum tentu datang dua kali. Kembali sadari kemampuan diri dan melakukan yang terbaik. Terimakasih diriku, sudah berjuang sejauh ini.

Insight terbaik dari tahap ini, berdiam diri bukan berarti tidak produktif. Justru banyak hal yang bisa dilakukan saat berkontemplasi.

Alhamdulillah semua terlewati dengan luar biasa. Semua kembali sehat, tetap waras, semangat menghadapi tantangan yang akan datang!


Diawinasis M. Sesanti
Mlg, 26-04-2020



Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...