Langsung ke konten utama

Day 42 : Menyemai Fitrah Keimanan


Mlg, 25 Maret 2018 
Diawinasis M Sesanti

Merancang kegiatan untuk membangkitkan fitrah keimanan.

Fitrah Keimanan:
Setiap anak lahir dalam keadaan telah terinstall fitrah keimanan, bersaksi bahwa Allah sebagai Robb (kholiqon, roziqon, malikan). Sebagaimana dalam QS Al-A'Raaf: 172. Tidak ada anak yang tidak beriman kecuali telah disimpangkan, dikubur oleh pendidikan yang salah dan gegabah. Fitrah keimanan meliputi: moral, spiritual, keagamaan, dsb.

Lingkup Fitrah Keimanan :
-Fitrah beragama
-Fitrah bertuhan
-Fitrah kesucian
-Fitrah malu dan harga diri
-Fitrah moral dan spiritual
-Fitrah berakhlaq
-dsb

Kaitan Fitrah Keimanan dengan Fitrah Lain:
Fitrah Keimanan melingkupi fitrah yang lain, aspek spiritual dan moral yang membimbing fitrah lain untuk konsisten menuju "the purpose of life".
Fitrah keimanan+ Agama yang fitri (Sistem hidup) = Akhlakul karimah (Karakter moral)

Golden Age Fitrah Keimanan: Usia 0-7 tahun.
Masa dimana imajinasi dan abstraksi berada pada puncaknya, alam bawah sadar masih terbuka, imaji-imaji tentang Allah, tentang Rasulullah, tentang kebajikan, tentang ciptaanNya akan mudah dibangkitkan pada usia ini.
Cara membangkitkan:
-Kisah inspiratif tentang kemuliaan budi pekerti, semangat kepahlawanan, semangat persaudaraan antar manusia.


Mengikuti framework Fitrah Keimanan di FBE, maka untuk saat ini kami fokus pada merawat dan menguatkan rasa cinta dan keberadaan Allah sebagai Robb (khaliqan sebagai pencipta, roziqan sebagai pemberi rizki, dan malikan maha merajai). Adapun aktivitas yang dapat dilakukan sebenarnya tidak terbatas, karena setiap aktivitas tidak lepas dari fitrah ini.
-Memperlihatkan, mengajak anak tanpa memaksa saat orangtua beribadah.
-Mengajak melihat alam/memperbanyak pengalaman berinteraksi dengan ciptaan Allah.
-Membacakan buku dan berkisah tentang kebesaran Allah SWT, perjuangan Rasulullah SAW, dan kisah-kisah teladan/kebaikan lainnya.
-Memperdengarkan bacaan kitabullah, membacakan artinya, kisah di dalamnya, dsb.
-Orangtua dan orang sekitar anak memberi teladan bagaimana beribadah dengan penuh gairah, berakhlaq mulia, dsb.
-Belajar konsep rejeki, mengaitkan dengan Allah yang Maha Memberi Rezeki setiap kali memperoleh nikmat.

Indikator keberhasilan pun disesuai dengan tahap usia 0-6 tahun, yakni antusias dan gairah kecintaan terhadap Allah, Rasulullah, dan Islam. Bukan berapa banyak hafalan doa, surat pendek, dsb.


#GriyaWistara
#25Maret2018
#Malang
#3y8m
#KelasPortofolioAnakbyGPA
#GriyaPortofolioAnak
#MengikatMaknaSepenuhCinta
#PekaAkanUnikAnak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapatan (uang dan sebagainya untuk

Pulang ke Udik: Menggelar Kenangan, Membayar Hutang Kerinduan

Sebagai warga perantau, bagi Griya Wistara acara mudik bukan lagi hal baru. Entah pulang ke rumah orangtua di luar kota dalam propinsi maupun mertua yang lebih jauh, antar kota antar propinsi. Bukan hal mudah dalam mempersiapkan mudik, sebutlah H-3 bulan kami harus berburu tiket kereta agar tak kehabisan sesuai tanggal yang direncanakan. Pernah suatu waktu kami harus pasang alarm tengah malam, karena hari sebelumnya sudah kehabisan tiket kereta yang diharapkan. Padahal baru jam 00.15 WIB, artinya 15 menit dari pembukaan pemesanan. Belum lagi persiapan deretan kebutuhan selama sekian hari di kampung halaman. Mana barang pribadi, mana milik pasangan, dan persiapan perang ananda tak ketinggalan. Jangan tanya rancangan budget lagi, saat pengeluaran mendominasi catatan keuangan. Membawa sepaket koper alat perang, melipat jarak agar semakin dekat. Perjalanan selalu menyisakan hikmah. Bukan perkara mudah mengelola sekian jam di atas kereta bersama balita. Alhamdulillah, beberapa kali mele

Jurnal Belajar Level 7 : Semua Anak Adalah Bintang

Usia 0-6 tahun : selesai dengan diri sendiri. Salah satu tantangan yang paling identik dengan tema level 7 ini, adalah saat orangtua mulai galau dan membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau yang paling dekat dengan saudara kandungnya sendiri. Seolah-olah anak harus mengikuti sebuah pertandingan yang belum tentu setara dengan dirinya. " Coba lihat, mas itu sudah bisa jalan. Kamu kok belum?" "Berani nggak maju ke depan seperti mbak ini? " Setiap anak memiliki sisi unik yang menjadikannya bintang. Allah tak pernah salah dalam membuat makhluk, maka melihat sisi cahaya dari setiap anak adalah keniscayaan bagi setiap orangtua. Berusaha dalam meninggikan gunung, bukan meninggikan lembah. Mengasah sisi yang memang tajam pada diri anak butuh kepekaan bagi orangtua. Dalam buku CPWU, dapat diambil teknik E-O-WL-W untuk menemukan kelebihan setiap anak. 1. Engage Atau membersamai anak dalam proses pengasuhan dan pendidikan dengan sepenuh hati (yang