Langsung ke konten utama

Basi


Makanan memiliki masa tertentu untuk layak dikonsumsi. Untuk makanan kemasan, cukup cek tanggal kedaluarsa yang tertera di kemasan. Sementara makanan tanpa pengawet yang basi bisa dikenali dari rasa, bau, atau warna yang mulai berubah. Misalnya muncul jamur, bau menyengat, berubahnya warna serta tekstur, dsb.



Tetapi tak semua yang berjamur tak layak konsumsi. Justru ada sederet daftar menu makanan "berjamur" yang lezat dan bergizi. Sebut saja tempe, oncom, dan makanan hasil fermentasi lainnya. Justru tempe akan tetap berwujud kedelai saat tak ada jamur yang menyelimuti.

Indikator bau menyengat justru muncul dari si lezat durian, nangka, dan sejenisnya. Jangan ditanya, para penggemar durian tak akan meragukan kelezatan rasanya. Tetapi wangi aroma durian matang tentu berbeda dengan durian busuk.

Bicara soal tekstur, makanan basi biasanya lebih lembek daripada makanan yang bisa dikonsumsi. Tapi jangan lupakan menu bubur (bubur nasi atau bubur kacang hijau misalnya) memiliki tekstur yang memang berair.

Tapi yang layak konsumsi saja belum tentu "lolos" uji halal lagi baik. Sebut saja tuak, wine, dan banyak lagi nama lain yang lebih mudah disebut khamr. Untuk proses pembuatan serta penyebab haram-nya tentu masih banyak yang lebih berkompeten menjelaskan. Tugas kita saat sudah tahu, bukankah tinggal menjauhi segala yang membawa mudharat?

Seperti menilai makanan, kadang memang kita perlu mengenal lebih jauh segala sesuatu. Bukan hanya sekilas melihat warna, membaui dari jauh, atau menerka rasa hanya dari secuil bagian saja.

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...