Langsung ke konten utama

Bintang

Malam ini langit begitu cerah. Di atas sana terhampar makhluk bercahaya. Dari sini mereka terlihat jelas karena tak banyak pesaing lampu-lampu pabrikan. Suara jangkrik dan binatang malam bersahutan menjadi musik pengiring yang merdu. Meskipun tanpa termometer, kurasakan hawa yang lebih dingin dari biasanya. Tampaknya suhu udara berbanding terbalik dengan ketinggian tempat kami berpijak. 

Suasana pegunungan memang begitu romantis. Meski sebagian besar orang memilih tinggal di kota yang konon semua ada. Rasanya desa yang lebih pantas congkak pada hiruk pikuk perkotaan. Jauh dari mall dan pusat perbelanjaan yang memfasilitasi belanja ugal-ugalan. Tak ada bisingnya roda kendaraan yang mengeruk energi ibu bumi habis-habisan. Meski samar-samar masih terdengar suara musik pengantar hajatan sebelum bulan Ramadhan datang. 



Celoteh si sulung memotong kesibukanku menikmati semesta, "Wah.. Di sini ada bintang.. Itu bintang.. Itu lagi.. Banyak!".

"Iya dong.. Siapa yang menciptakan bintang?"

"Allah!", jawabnya mantap. 

Sementara diriku masih sering lupa bahwa semesta hanya ciptaan. Bahwa Al-Khaliq lah yang semestinya dikagumi. Tetapi bukankah lewat makhluk kita diminta membaca tanda-tanda dari-Nya? 

Lalu tanda apa yang dibawa bintang untukku kali ini? Mengingatkan tentang Ibrahim as yang mengira menemukan Tuhan ketika melihat bintang. Atau kisah takwil mimpi Yusuf kecil yang melihat bintang sujud padanya. Sepertinya tanda untukku tak sebesar itu. 

Cukup matikan lampu! Hingga gemerlap bumi tak membuat lupa, betapa langit memiliki benderang yang istimewa. 

#30HariMemetikHikmah #TantanganMenulisIPMalang #RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe1


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL BELAJAR LEVEL 8 : CERDAS FINANSIAL

Dibutuhkan alasan yang kuat, mengapa kita perlu menerapkan cerdas finansial. Butuh pemahaman yang benar terlebih dahulu agar tak gagap dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita sebagai orangtua lebih mudah membersamai ananda di rumah menjadi pribadi yang seimbang, cerdas tak hanya IQ, SQ, EQ, tetapi juga cerdas secara finansial. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung orangtuanya? Bicara tentang finansial, erat kaitannya dengan konsep rezeki. Motivasi terbesar kita belajar tentang rezeki kembali pada fitrah keimanan kita. Allah sebagai Rabb telah menjamin rezeki (Roziqon) bagi setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi. Saat kita mulai ragu dengan jaminan Allah atas rejeki, maka keimanan kita pun perlu dipertanyakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rezeki bermakna : re·ze·ki  n  1 segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan); makanan (sehari-hari); nafkah; 2  ki  penghidupan; pendapata...

Setiap Kita Istimewa

"Setiap kita diciptakan istimewa, unik, dan satu-satunya. Tidak ada produk gagal dari setiap ciptaan Allah SWT." Demikian kalimat yang sering didengungkan, namun bukan perkara mudah meyakininya hingga mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Karena di luar sana banyak kalimat yang tak kalah sakti memupus harap hingga kita tak yakin lagi bahwa kita istimewa. "Mengapa kamu tak bisa juara kelas seperti mbak X?" "Mas A sudah diterima PTN favorit, kamu gimana?" "Si Y bisa beli rumah, mobil, tanah, dan investasi lain lho.. Nggak kaya kamu." Dibandingkan. Satu hal yang paling sering membekas dan menjadi inner child yang belum selesai bahkan setelah status berubah menjadi orangtua. Guratan kecil yang tanpa sadar dapat memudarkan pendar cahaya dari sisi unik setiap diri manusia. Tak ada yang salah dengan perbandingan. Bukankah mengukur itu memakai perbandingan besaran dan satuan? Hanya saja perlu memastikan, saat mengukur besaran panjang satuannya pun ...

Jurnal Belajar Level #1 Mantra Bahagia Keluarga: "Ngobrol Bareng"

Jurnal Belajar LevelL#1 Mengikat Rasa, Mengikat Makna Diawinasis M Sesanti Mlg, 28 November 2017 Sebelum belajar tentang komprod, sering sekali dulu membombardir pasangan dengan semua isi kepala tanpa ada filter. Tak jarang, semua itu disampaikan dari balik tembok artinya kaidah-kaidah komprod dengan orang dewasa belum diterapkan karena belum dipelajari. Maka membawa sepotong demi sepotong teori komprod ke dalam kehidupan sehari-hari memberi banyak hikmah bagi kami. Meskipun level 1 telah lama dilewati, namun tantangan selalu hadir untuk dapat menyampaikan pesan dengan lebih produktif kepada siapa saja lawan bicara kita. Belajar komunikasi produktif adalah latihan yang tak ada habisnya. * Family forum Griya Wistara * Pada level 1, tantangannya adalah "ngobrol bareng" tapi bukan sembarang bicara. Membuat kesepakatan adanya family forum dalam sebuah keluarga. Awalnya canggung memang, namun dari hal remeh temeh maupun hal penting yang dibicarakan ternyata mem...